Senin, 20 Januari 2014

Cerpen:Rumah Pohon Untukmu dan Aku.


Aku Cuma anak SMP biasa. Seperti biasanya, hari ini aku pulang sendiri lagi. Aku bukannya tidak mau pulang bersama teman temanku, hanya saja rumahku lebih jauh dari temn-temanku yang lainnya. Dan disinalah tempatku sekarang, tempat ini adalah tempat favoriteku, setiap hari sepulang sekolah aku selalu menyempatkan diri untuk melihat pemandangan ini.
                Tempat ini berada ditepi danau yang memiliki  air sebiru laut dan ditemani sebatang pohon yang rindang dan tinggi menjulang.Aku suka pemandangannya, serasa berada dilaaut lepas. Ku hirup udaranya yang segar hingga memenuhi paru-paruku.
                Namun sepertinya aku tidak sendiri, bulu tengkukku rasanya bergidik akupun refleks menoleh kekanan dan mendapati seorang anak laki-laki sedang tersenyum kehadapanku. Aku hanya bengong melihatnya. Senyumnya indah matanya sebiru laut. Dan wajahnya, agak kebaratan.
                “ Kenalin, Aku Leo baru sebulan pindah ke daerah ini, setiap hari aku ngeliat kamu selalu berdiri disini, kamu juga suka danau ini ya?” aku masih bengong tidak tau harus bilang apa.
                “ Kok bengong sih? Nama kamu siapa?” Aku pun tersadar dari lamunanku, karena takutnya dia anak nakal, aku lalu berlari menjauh darinya. Masih terdengar sayup-sayup di memanggilku tapii tidak kuindahkan sampai akhirnya akupun sampai dirumah.
                Keesokan harinya, aku pulang sekolah seperti biasa. Saat aku sudah sampai didanau aku tidak menemukan keberadaan anak itu lagi. Tapi.....
                “ hai”
                “ huaaaaaaaa” tiba tiba saja dia muncul dari atas pohon dan mengagetkanku aku yang terkejut refleks berteriak dan tercebur kedalam danau saking kagetnya. Aduh gawat, aku tidak bisa berenang. Aku berusaha meinta tolong , air sudah memenuhi mulutku, tapi ternyata anak itu datang menyelamatkanku.
                Setelah nafasku mereda aku berterima  kasih padanya.
                “Makasi ya”
                “ Maaf udah bikin kamu kaget, sampe kecebur begitu” aku hanya tersenyum . Sekarang aku tau kalau dia ternyata anak yang sangat baik dan ramah. Akupun mengukurkan tanganku padannya.
                “ Deisa, aku deisa”
                “ Leo” dengan senyumnya di menyambut uluran tanganku.
Sejak saat itu, akhirnya aku dan Leopun menjadi seorang sahabat. Kami sering berbagi cerita tentang pengalaman kami, dan ternyata Leo itu adalah blasteran, ayahnya dari amerika dan ibunya dari indonesia, sudah 3 tahun dia menetap di sana,karena ayahnya sempat ada urusan, dan sekarang kembali lagi ke Indonesia.
 Entah bagaimana kami bisa akrab, hanya saja, kami memiliki banyak kesamaan.Aku dah Leo berada di sekolah yang berbeda.Hari-hariku sejak bertemuu dengan Leo menjadi lebih menyenangkan.Dia dan aku selalu bermain didanau,dan....aku beruntung memiliki sahabat seperti dia.
 Aku pernah bilang pada Leo kalau aku ingin punya sebuah rumah pohon, Leo entah kenapa menaggapinya dengan serius, bahkan berjanji padaku.
                “Kalau begitu, aku janji sama kamu bakalan ngebangun sebuah rumah pohon buat kamu dan buat aku juga, janji deh” Aku sangat senang mendengarnya, kamipun berjanji dengan melingkarkan jari kelingking kami bersama, arti sebuah janji, pinky swear.
                Namun, suatu hari aku berjanji dengan Leo akan bertemu di danau seperti bisa. Tetepi, aku menunggunya dan dia tak kunjung datang, aku menuggunya sampai malam.Aku tidak tau pergi kemana dia, tidak seperti biasanya seperti itu,padahal aku sudah membuatkan puding apell kesukaannya.
 Waktu itu aku benar-benar kecewa, tak terasa arimata mengalir dari pelupuk mtakau,ini pertama kalinya Leo berbohong padaku dan mengingkari janjinya. Dan sejak saat itu aku tidaak pernah bertemu dengan Leo lagi.
2 tahun kemudian.........
Aku masih sering kedanau itu, danau dimana aku menemukan seorang sahabat dan kehilangan dia selama ini. Saat ini aku sudah duduk di kelas 2 SMA,ini hari minggu jadi aku memutuskan pergi ke danau untuk bermain, sudah beberapa hari ini aku tidak pergi kesana.
Setelah beberapa meter dari danau, ada sesuatu yang berbeda dari pohon yang ada ditepi danau itu, mataku melebar bibirku mengangan hatiku rasanya, tidak karuan,tapi yang jelas senang. Pohon itu, telah menjadi sebuah rumah pohon yang lumayan menampung tiga orang lengkap dengan tangganya.
Akupun berlari menghampirinya, dan kemuadian dari balik pohon terlihat seseorang yang sangat aku kenal. Leo, dia disini. Kini jarak kami hanya 3 meter satu sama lain. Dia tersenyum melihatku, senyum yang sangat aku rindukan.
“ Hai Sa, apa kabar? Kamu nggak banyak berubah ya?!” ku palingkan wajah kudarinya, rasa kecewa itu masih ada dihatiku.
“ Maaf, waktu itu aku nggak bilang kalau aku mau pergi, sejujurnya aja aku ini nggak seperti yang kamu banyangkan, walaupun kesehariannya aku tegar tapi badanku ini lemah Sa. Dari lahir aku sudah di kasih beban ini sama Tuhan.” Leo menarik nafas.
“ Hari itu penyakitku kambuh, rumah sakit disini nggak bisa nanganin aku jadi aku dibawa ke Amerika dimana papaku berasal. Aku hampir mati waktu itu, tapi karena aku punya janji pada seorang sahabatku, aku nggak bisa pergi bergitu aja apalagi aku sayang sama dia dan aku ngak mau buat dia sedih Cuma buat seorang anak penyakitan kayak aku”
“Aku nggak bisa pulang langsung karena papaku, pingin aku ngelanjutin sekolah aku disana, jadi aku baru bisa pulang sekarang, hari ini hari ulang tahun kamu kan?!, jadi rumah pohon ini hadiahku buat kamu, Deisa”
Air mataku menetes membanjiri seluruh wajahku, rasa sedih, senang, dan bersalah beraduk jadi satu dalam hatiku. Aku tidak menyangka ada aku mendapatkan seorang sahabat yang sangat berharga seperti Leo. Aku berlari kepadanya dan memeluknya, hangat.
Aku menangis sesegukan di pelukan Leo.
“ Makasi, makasi buat semua ini Leo, makasi. Asalal kamu tau aku nggak peduli kamu sakit apa,asalkan kamu kembali lagi kesini aku sudah seneng, kamu sahabat terbaik aku, makasi udah nepatin janji kamu sama aku. Aku sayang kamu Leo”
“ Aku persembahkan buat kamu, rumah pohon untukmu dan aku”
Ku eratkan pelukanku padanya. Tuhan terimakasi telah memberikan hal yang paling berharga dalam hidupku, hal yang tidak akan pernah aku lepaskan. Terimakasih telah memberiku sahabat seperti Leo.
PENULIS: RESSA RIZMA











0 komentar:

Posting Komentar