Judul
: Bendera Sang Merah Putih
Tema
: Patriotisme
Pemeran
·
Rosyidi
Sharul sebagai Kakek
·
Kartika
Putri sebagai Marni ( Ibu Riana)
·
Yek Zen
sebagai Sukirman ( Ayah Riana)
·
Cici
Amalia sebagai Riana
·
Baiq
Ressa Puspita sebagai Nami
·
Kaloka
Galih sebagai Dilan
·
Rama
Satria sebagai Budi
·
M.Kharisma
sebagai Toni
Latar
1.
Tempat
: SMA Negeri 1 Selong, Rumah Riana
2.
Waktu :
Pagi, Siang, Sore, dan Malam
3.
Suasana:
Menegangkan, mengharukan, menghibur dll.
Sinopsis
Riana memiliki seorang Kakek yang dimana
kakek ini adalah seorang mantan pejuang 45, Riana beserta keluarganya yang
merasa malu terhadap kelakukan si Kakek yang selalu mengistimewakan bendera
merah putih akhirnya angkat bicara dan terjadilah percecokan antara kakek dan
keluarga Riana. Namun, berkat peristiwa itu, Riana menjadi tersadar akan
kerasnya perjuangan sang Kakek dalam merebut merah putih dari penjajah.
BABAK 1
Segerombol pasukan Belanda berjaga
dengan senapan di sisi kiri, dan para pejuang Indonesia dengan berbekal bambu
runcing di sebelah kanan panggung. Peristiwa yang memperlihatkan ketika di
robeknya bendera biru Belanda yang hanya menyisakan warna merah putih.
Prajurit 1 :“ Rebut merah
putih!!!”
Prajurit Indonesia : “ Serbu!!!!!”
Terjadi perang sengit antara indoensia dengan belanda.
Prajurit 2 : “Allahu Akbar !!!”
Warna biru Bendera Belanda dirobek, yang menyisakan sang merah putih.
BABAK 2
Taman SMA Negeri 1 Selong. Riana tengah melamun sambil membolak balik
bukunya tak tentu.
Budi : “ Hy I’m MISTER SIMPLE “
Budi : “ Eh Riana, lagi sendirian aja nih, boleh gabung dong “
Riana : “ Silahkan aja”
Nami dan Dilan : “ Cieeee yang
lagi kencan” duduk bersama Riana dan Budi.
Riana : “ Kalian apaan sih, kami cuma ngobrol aja kok”
Nami : “ Ri....kamu kenapa sih
kok kayaknya dari tadi pagi mukamu murung mulu?”
Dilan :” iya nih kenapa?”
Riana : “ Aku lagi merenung tentang sejarah kemerdekaan Indonesia yang
kakek aku ceritakan dulu”
Budi :” Ooo jadi intinya kamu galau karena masa lalu...udalah yang lalu
biarkan berlalu aja,mending kayak aku ini happy polevah”
Nami :” Iya Ri...mending kita nonton Anime aja yuk, ada yang baru nih”
Riana: “ Kalian pernah mikir nggak sih, kita para generasi muda yang
sekarang ini udah melupakan bangsa kita sendiri? Melupakan, bagaimana perjuangan
para pahlawan yang udah berjuang buat ngambilin kita kemerdekaan dari para
penjajah? Kalian mikir tidak sih, memangnya kita tau apa tentang bangsa kita?
Siapa saja pahwlawan kita? Semua?!”
Nami :” Kalok aku sih taunya Soekarno doang..Bapak Proklamator....yang
lain aku mah taunya Sanada Yukimura, Date Masamune yang di Sengoku Bsara gitu aduuuh
ganteng nya!!”
Budi :” kalok dipikir-pikir lagi, kamu bener juga sih Ri”
Riana: “ Aku pengen cerita”
Dilan :” tentang apa?”
Riana :” Kejadiannya beberapa hari lalu, kejadian ini yang bikin aku
sadar kalau aku ternyata neggak pernah peduli dan ingin tau dan menghargai
bangsa ku sendiri”
BABAK 3
Di halaman rumah kakek sedang asyik menyeruput kopi panasnya.
Marni: “ Pak, ini sudah ibu seterika kan Benderamu “
Kakek : “ Terima kasi Mar . O iya Mar, besok tanggal berapa ya?”
Marni: “Tanggal 13 Agustus pak, kenapa? Mau memasang bendera lagi di
depan rumah?”
Kakek ;” Iya, kan sebentar lagi 17 Agustus”
Marni : “Aduh Bapakku....sudah berapa kali Marni bilangin pak, jangan
masang bendera jauh-jauh hari, masang benderanya pas 17 Agustus nanti aja, malu tau nggak sih sama
orang-orang kampung rumah kita selalu aja beda sendiri”
Kakek :” Kamu itu Mar, pendapat orang aja yang di pikirkan, sudah!
Pokoknya Bapak mau masang bendera lagi besok, titik”
Marni :” (mendengus kesal) “
Keesokan harinya
Kakek manaikkan Bendera di depan
rumahnya dengan menggunakan sebuah bambu yang berukuran sekitar 5 meter di pagi
harinya.
Riana : “ Kek baru selesai menaikkan bendera ya?”
Kakek :” iya cu, kamu rupanya Ton, kapan datang?”
Toni :” Baru saja kek,o iya kakek saya titip salam buat Kakek”
Kakek :” Iya saya terima salamnya”
Ketiganya kemudian duduk di teras dan mengobrol bersama, hingga kemudian
hujan pun turun.
Kakek :” Astaga benderaku, sebentar ya cu, kakek mau nurunin bendera
dulu, kasihan kalau di biarkan kehujanan”
Toni :” Riana,kakek kamu lucu ya, sayang sama benderanya kayak sayang
sama seorang istri saja hahaha”
Riana : “He he.... iya beliau memang orangnya seperti itu”.
BABAK 4
Ruang keluarga.
Riana :” Ibu kenal Pak Hamid, kakek Toni? Dia juga pejuang angkatan 45.
Dulu katanya pernah berjuang bersama kakek. Tapi orangnya sederhana saja ya Bu.
Tidak pernah menunjukkan atau memamerkan dirinya kalau dia dulunya seorang mantan pejuang”
Kakek :” Hamid itu tentara tapi
tidak pernah ikut perang, dia itu tugasnya kan di bagian logistik. Jadi tahu ya
cuma makanan saja. Bilang sama Toni, temenmu itu, kalau kakeknya tentara yang
takut sama bedil”
Riana: “ Kakek! Apa kakek tidak sadar kelakuan kakek tadi siang itu
membuat aku malu sama si Toni. Bendera lusuh kayak gitu aja di perlakukan
seperti tuan putri! Toh nantinya tidak
akan kakek bawa sampai kubur”
Kakek : “ ya terserah kakek dong “
Sukirman:”Tapi perkataan Riana ada benarnya juga Pak, Bapak lama-lama
memperlakukan bendera seperti memperlakukan benda keramat saja, lebih baik kan
Bapak menghabiskan waktu dengan lebih banyak ibadah kepada yang di atas”
Marni:” Yah Mas percuma kamu ngomong sama si Bapak toh dia nggak balakan
menderangrkan ucapan kita walaupun kita peringatkan berkali-kali yang ada di
pikirannya itu kan cuma bendera, itu-
itu saja”
Sukirman : “ Pak saya juga lama-lama lihat Bapak kok makin tidak
terkendali ya memperlakukan Bendera itu, nanti bisa bisa orang sekampung
mengira Bapak tidak waras lagi Pak”
Kakek : “ Kamu ngawur ya man, kamu kira pikiranku ini sudah konslet,
begitu? Kamu memang tidak pernah ikut berjuang merebut negara dari penajaja,
mangkanya kamu ndak bisa merasakan bagaimana rasanya merdeka dari penjajahan. Dulu
kami harus mempertaruhkan hidup mati kami demi memerdekakan Bangsa ini, semua
kami kerahkan hingga titik darah penghabisan”
Sukirman :” Iya Pak saya ngerti. Kita boleh cinta kepada negara dan bendera,
tapi ya jangan sampe berlebihan seperti itu, saya lihat Bapak mulai berlebihan
dalam memperlakukan Bendera, saya takut kalau.......”
Kakek :” Kenapa? Kamu takut aku mulai gila begitu? Itu kan yang ada di
kepalamu?
Sukirman :” Maaf bukan itu yang saya maksud.Lebih baik sekarang bapak
duduk dulu.
Kakek :” Ah apa-apan kamu ini Man!”
Sukirman :”Saya khawatir kalau bapak mulai mengeramatkan bendera, itu
kan syirik”
Kakek : “ Loh-loh kamu makin ngawur ngomonya, menuduh aku musyrik.
Dengar Man, untuk merebutkan bendera merah putih ini, ndak gampang, banyak
temanku yang mati, mati Man, dibunuh sama penjajah. Teman-temanku harus mati
karena mereka cuma mau mengibarkan selembar kain merah putih. Kalau aku
memperlakukan bendera ini dengan istimewa, bukan berarti aku menganggapnya
keramat, apalagi menyembahnya, itu salah besar !!”
Sukirman :” Lalu kenapa setiap
tangga 17 Agustus bapak selalu bersujud kemudian berdoa sambil mendekap
bendera?”
Kakek :” Setiap melihat merah putih aku selalu bersyukur kepada Allah
karena masih diberi kesempatan untuk mengibarkannya sepuas hatiku tanpa rasa
takut harus dibunuh musuh. Demi Allah, untuk bendera juga aku harus membunuh
sesama manusia, membunuh saudara-saudaraku sebangsa yang pernah berjuang
bersama-sama melawan penjajah, seperti pemberontak RMS, APRA....”
Kakek : “Bahkan tanganku ini harus membunuh pemberontak DI/TII. Padahal
mereka adalah saudara-saudara yang sekaidah denganku. Mereka harus kubunuh hanya
karena ingin mengganti merah putih dengan bendera mereka...!! Kalian semua yang ada disini, marni, kasim,
dan riana, kalian seharunya berterima kasih....berterimakasih atas perjuangan
kami...bukannya malah menunjukkan rasa malu karena aku sering mengibarkan
bendera ini, menyayangi bendera ini. Kalian
seharunya malu karena kalian telah melupakan perjuangan para pahlawan kalian
yang telah berusaha merebut kemerdekaan untuk Indonesia.”
Kakek : “ Oya aku lupa sesuatu aku lupa kalau kemerdekaan yang telah
kami rebut untuk indonesia saat ini telah memudah, kalian semua kerjanya hanya
berpoya-poya, yang tua, apa lagi yang muda sudah tidak mau memandang negeri
sendiri, yang di taunya hanya negeri orang. Tidak pernah mau memandang atau pun
peduli kepada saudara-saudaranya yang tidak seberuntung mereka, Kemana? Kemana?
Kemerdekaan yang kami rebut atas nama merah putih? Bukan kalian yang malu, tapi
aku yang kecewa”
Kakek ;” Ingat...ingat perkataanku yang satu ini, kemerdekaan yang
kalian rasakan saat ini, tak lain dan tak bukan merupakan hasil pengorbanan
kami, dan seharusnya yang melanjutkan perjuangan kami adalah KALIAN!!!!”
BABAK 5
Taman sekolah
Merenung....
Budi : “ Aku merinding”
Riana :” Aku juga jadi tersadar
sama kata-kata kakekku”
Nami : “Ternyata pejuang indonesia, lebih hebat dari pada Sanada Yukimura,
walaupun kalah ganteng “
Dilan :” Kalau dipikir-pikir, apa yang kakek kamu katakan itu sangatlah
benar, kemerdekaan yang kita rasakan sekarang tidak lepas dari pengorbanan para
pahlawan kita. Aku jadi malu, aku kan sering bolos kalau lagi upacara bendera,
padahal di sanalah kita mestinya menumbuhkan pasa patriotisme kita, dan
menghormati bendera merah putih yang di perjuangkan dengan begitu kerasnya.”
Nami: “Kalau begitu, ayo kita janji... Mulai detik ini, kita semua yang
ada di sini harus lebih mencintai bangsa kita sebagai penghargaan terhadap
perjuangan pejuang kita yang sudah merebut merah putih dan kemerdekaan dari
para penjajah”
Budi :” Nam, tumben kata-katamu bijak sekali ?”
Nami : “ Setuju nggak nih ?“
Dilan dan riana :” Setuju!!”
Riana :” Eh sepertinya bapak sudah misscall
aku nih, aduh pulsa habis lagi”
Budi :” tenang biar aku yang telepon, mana nonmernya?”
Budi :” halo pak sukirman?
ORANG1:” Sudirman saya, sudirman saya”
Budi :” bu? Bu? Salah sambung maaf”
Riana : “ Halo Assalamualaikum pak, ada apa?
Kasim : “Ri, kamu lagi dimana?”
Riana :” Riana masih di sekolah pak, bentar lagi pulang kok?”
Kasim :” Kamu pulang sekarang ya kakekmu sudah pulang dari rumah
sakit,juga ada berita penting, jangan banyak tanya nanti bapak jelasin di
rumah”
Riana “ Iya pak”
Riana :” Temen-temen aku harus pulang sekarang, bapakku minta aku buat
pulang katanya ada berita penting”
Nami :” Kalau begitu kami ikut ya?”
Riana :” Ya sudah ayo “
BABAK 6
Kakek,ibu, bapak, menunggu dihalaman rumah.
Ibu:” Kamu sudah pulang ri, sini ikut ibu sebentar “
Riana :” Sebenarnya ada berita apa sih bu?kok kayaknya penting sekali”
Marni:” Begini nak, penyakit kakekmu sepertinya sudah tidak bisa di
sembuhkan lagi, kata dokter umurnya sudah tidak panjang lagi”
Riana:” Apa bu?”
Kakek :” Riana, marni...ayo kesini. Kalian semua pasti teman sekolah
Riana kan?”
SEMUA :” IYA KEK, SAYA BUDI, INI NAMI DAN DISEBELAH SAYA DILAN”
Kakek :” Kakek ingin minta tolong sama kalian. Kallian lihat sendiri kan,
kakek sudah....sudah encok. Sebagai mantan pejuang kakek minta pada kalian
tolong jaga bangsa ini dengan segenap hati kalian, majukan bangsa ini dengan
prestasi-prestasi gemilang kalian, lanjutkanlah perjuangan kami untuk terus
menjaga kemerdekaan indonesia. Kan nggak sampe mati juga kalau cuma mau
mengibarkan bendera, tidak seperti kami dulu yang harus bertaruh nyawa. Maka
dari itu, kakek minta tolong sekali saja kalian kibarkan bendera ini untuk
kakek”
Sukirman :” Ayolah nak, turuti saja....ayo...”
Kakek :” Ya Allah...indah aku
pandang sang merah putih bendera kami yang berkibar di langitmu. Aku mohon
jagalah bendera kami, agar tetap dapat berkibar untuk perjuangan kami dimasa
lalu dan untuk kemerdekaan anak cucu kami sekarang maupun di amasa yang akan
datang...merdeka”(Berkata dalam hati)
Setelah Sang Merah Putih mencapai puncaknya di langit yang biru, Kakek
pergi selama-lamanya dengan rasa hormat pada bendera dan syukur kepada Allah SWT.
HANTU PAHLAWAN : “ Ayo kamu juga adalah seorang pejuang, saatnya engkau
bergabung bersama kami, sudah saatnya kita menyerahkan bangsa ini kepada mereka
generasi muda bangsa”
SELESAI