Senin, 20 Januari 2014

Cerpen Cobek Pemersatu Keluarga


            Malam ini aku sama sekali tidak nafsu makan. Walaupun sudah berkali-kali dipanggil Ibu  untuk pergi makan, tapi aku benar-banar tidak nafsu. Aku masih mengingat bulan puasa yang berakhir 2 bulan kemarin. Setiap magrib atau saat sahur aku sekeluagra pasti makan bersama, rasanya nikmat sekali berkumpul.
            Tapi sekarang hal itu tidak pernah terjadi lagi. Ayah selalu pulang malam paginya pun dia berangkat pagi-pagi, palingan hanya mengopi sarapan dia pasti langsung pergi. Ini juga dikarenakan dia kuliah untuk S2 nya.
            Ibu kini juga sibuk karena ada adik baruku yang berumur 4 bulan yang harus dia urus. Aku kangen saat-saat kami makan bersama, dengan makanan khas Lombok yaitu pelecing yang disajikan dengan cobek. Kapan ya aku bisa makan bersama lagi.
            Jam sudah menunjukkan pukul 7.00 malam. Ayah baru saja pulang aku langsung menghampirinya.
            “ Ayah selamat pulang” ucpaku riang. Ayah hanya tersenyum dan mengacak-acak rambutku.
            “ Yah kita makan bareng yuk, kita bikin pelecing hari ini”
            “ Maaf ya Ki... ayah udah makan tadi diwarung, lagian udah malem ayah capek” Ayah berlalu meninggalkanku, aku sebenarnya agak kecewa tapi aku harus mengerti kalau ayah butuh istirahat. Ya sudah aku tidak usah makan saja malam ini.
            Setiap hari aku mencoba mengajak mereka makan bersama, tapi ada saja yang tidak sempat. Mau pergi belanjalah, latihan drumband lah, kerjaan masih banyaklah. Dan masih banyak lah lah yang lainnya.
            Suatu ketika aku punya ide memasak untuk keluargaku, walaupun sebenarnya aku tidak suka masak. Tapi asalkan bisa makan bersama yang lain tidak apalah. Kuputuskan hari sabtu berikutnya untuk membeli bahan-bahan makanan yang akan aku buat besok minggu. Dengan bekal uang yang aku tabung sendiri.
            Keesokan harinya yang awalnya aku berencana bangun pagi, eh aku malah kesiangan karena lupa menyalakan alarm di Hpku, jadi batallah rencanaku karena semua sudah safapan pagi, aku kesal pada diriku sendiri sambil mengacak-acak rambut. Zira adik pertamaku datang sambil cengengsan.
            “ Ihhhh kan Kira, pagi-pagi udah diputusin pacar ya” sialan ni anak.
            “ Awas kamu ya...” aku berusaha mengejar setan kecil yang selalu saja mengganguku itu, tapi apesnya aku terpeleset pempes Keni adikku yang paling kecil, dan akhirnya keningku terpaksa harus berciuman dengan lantai dan rasanya enaaakkk sekali,e
            Malam harinya aku lihat semua anggota keluargaku sedang asyik dengan kegiatan mereka sendiri,aku baru aja keluar kamar setelah mengerjakan pr. Aku lalu menuju ke dapur karena merasa lapar. Saat aku ingin makan ternyata lauk sudah amblas semua. Sepertinya semua sudah makan kecuali aku. Kuputuskan untuk membuat beberok yang aku sukai. Dengan timun, tahu, dan tempe yang aku beli kemarin.
            Saat akan membuat bumbunya, kupandangi cobek yang kini ada didepan mataku. Dulunya cobek inilah yang selalu menemani aku dan keluargaku makan bersama saat bulan puasa bahkan aku membuatkannya sebuah nama yaitu M.Famcok, singkatan dari My Familys Cobek.
            Aku lalu melanjutkan kegiatanku. Memotong mentimun dan menggoreng tahu tempe. Setelah jadi aku duduk di lantai dapur dan mulai makan tapi saat suapan pertama...
            “ Eh Kira kenapa nggak bilang-bilang  kalau mau buat beberok” ternyata yang datang ibu. Aku Cuma bengong, ibu lalu mangmbil nasi dan dududk bersamaku untuk makan malam, dan yang tidak kuduga lagi Zira, Bik Adria ikut makan beberok yang ku buat.
            Aku tidak melihat Keni karena sepertinya dia sudah tidur. Kini kami berempat sudah mengitari beberok yang aku buat diatas cobek, namun masih ada yang kurang yaitu ayah. Saat pikiraanku agak kalut suara motor ayah terdengar dari luar. Pintu dapur lalu terbuka dan muncullah ayah.
            “ wahh ayah dateng kayaknya pas banget nih, baru pulang sudah ada beberok pasti sedap... kebetulan ayah bawain kerupuk udang” Aku senang sekali,Ayah pun duduk dan ikut makan bersama aku dan yang lainnya. Ini adalah malam yang begitu menyenangkan karena aku bisa makan bersama dengan seluruh anggota keluargaku. Ini semua berkat M.Famco, coba saja tidak ada dia aku tidak akan berfikit membuat beberok dan tidak mungkin aku berkumpul dengan keluargaku seperti ini.
            Memang benar kata orang, kebersamaan di keluarga adalah hal yang paling menyenangkan dalam hidup ini dan hal yang perlu dijaga, sekali lagi terima kasih M.Famco sang coberk pemersatu keluarga.
Penulis : R2

0 komentar:

Posting Komentar