Senin, 20 Januari 2014

Cerpen Jadi Mama Sehari


            Hari in aku pulang sekolah dengan sangat kesal, karena aku diejek ejek lagi sama anak- anak cowok di kelasku. Hari ini mereka memberi aku julukan baru lagi, coba bayangkan mereka memanggilku “si cabai pedas yang menyeramkan” apa sebabnya aku diberi nama itu jangan dibahas. Yang jelas moodku sangat jelek hari ini.
            Ketika sampai di rumah aku melihat mamaku berpakaian dengan rapi, tidak seperti biasanya pikirku. Akupun menanyakannya pada mama.
            “ Ma, mau kemana kok rapi bener?”
            “ Ini mama mau pergi kondangan di rumah temen mama, jagain adek ya Der”
            Ya, aku punya adik namanya Arif umurnya baru tiga bulan, di ganteng banget, menurutku sih. Yah biasalah kakanya aja cantik hehehe....
            “ Jangan khawatir Arif lagi tidur kok, mama juga udah makein pempes. Jangan ribut atau nanti dia bangun”
            Aku hanya mengangguk malas, mamapun pergi dan aku masuk kamar untuk berpakaian dan pergi sholat. Namun sebelum itu aku menyempatkan diri unutk menengok Arif, siapa tau dia bangun. Dugaanku ternyata salah, sang pangeran kecil masih tidur.
            Setelah perut kenyang, aku keinget kalau masih ada tugas makalah yang harus aku print. Tapi pas mau mencari laptop, eh laptopnya tidak ada, setelah celingak-celinguk dan muter rumah sedikit akhirnya ketemu juga. Ternyata laptopku ada dikamar mama.
            Aku mengendap-ngendap ala maling junior untuk mengambil laptop. Kini laptop itu ada ditanganku, tapi....
            “huwaaaaa”
            BRUKKKK, DBUKKK
            “AWWW”  ternyata ada laba-laba disana, akupun jatuh dengan laptop diatas belum lagi tertindih kursi yang aku tabrak di dekat meja mama, dan yang paling parah lagi, adikku Arif terbangun dan menangis kencang.
            Aku berlari kearahnya dan berusaha menengangkan adikku dengan memutarkan mainannya tapi usahaku gagal, lalu aku coba membuat wajahku terlihat lucu, aku julurkan lidahku membuat wajahku seperti ikan dan lain lagi.
            Tapi gagal lagi. Terbesitlah sebuah pemikiran di kepalaku,tapi ini aku tidak mungkin, aduh gimana ya?. Aku lalu mencoba memeriksanya dan ternyata benar adikku poop di pempesnya. Ya Tuhan, bagaimana cara menggantinya? Sementara adikku terus menangis. Mau bertanya bertanya pada siapa?
            Aku lalu browsing internet untuk mencari cara mengganti popok bayi, setelah ketemu aku ikuti cara caranya. Ya ampun deh, aku harus ngelap pantat adikku yang ehhhh, taulah. Dan kemudian mengganti pempesnya dengan yang baru, dan selesai.
            Adikku tidak menangis lagi aku lalu  bermain-main sedikit dengannya. Ku  gendong dia dan ku ajak berjalan-jalan diluar. Tidak lama, Arif mengangis lagi ku kira dia menangis karena poop lagi, tapi sepertinya dia lapar. Aduh ini makin gawat.
            Aku tidak tau harus bagaimana karena tidak mungkin aku memberinya minum susu dengan botol dot. Aku lalu mencari hp dan berusaha menelpon mama agar cepat pulang. Tapi sialnya pulsaku amblas. Mau pakai telpon rumah, nggak punya.
            “ Aduh Rif jangan nangis dong, tunggu bentar lagi  ya?!” Aku mulai panik dan takut. Karena aku pernah membaca berita seorang bayi meninggal karena tidak diberi ASI oleh ibunya. Tanpa sadar air mataku menetes dan sekarang aku juga menangis.
            Tidak tau kenapa, saat aku menagis Arif terdiam dan menatapku polos.
            “ Apa?” tanyaku. Walaupun aku tau dia tidak akan menjawab.
            Syukurnya, karena aku menangis tangisan Arif sudah mereda, aku coba menyetel lagu klasik yang ada di hpku dan mendendangkan Arif sambil menggendongnya berharap dia akan tertidur.Setelah sekitar setengah jam aku menggendongnya Arif tertidur pulas.
            Ku rebahkan tubuh adik kecilku ini dikasurku dengan bantal mengganjal otaknya. Badanku pegal semua dan pikiranku sudah lebih tenang. Ku rebahkan badanku di samping Arif dan memandangi wajah kecilnya yang sedang tidur aku pun bergumam sendiri.
            “ Ternyata begini ya lelahnya jadi ibu, udah mengandung selama sembilan bulan itu belum apa apanya, harus berjuang melahirkan aku sama kamu diantara hidup dan mati lagi, belum lagi harus membiayai dan merawat kita sampai dewasa nanti, ibu kita memang luar biasa ya Rif”
            Ku pegang tangan mungil adikkku yang ganteng, seperti kakaknya yang cantik ini, hehe. Karena lelah yang sudah menggoda tubuhku, akupun tanpa sadar terlelap bersama Arif disampingku.
Nama  :BQ RESSA PUSPITA RIZMA
Kelas/ Absen: 9C/05

0 komentar:

Posting Komentar