Malam ini begitu indah dengan
bintang yang bertaburan diterangi bulan. Seperti malam-malam minggu lainnya aku
dan para sahabatku berkumpul di markas kami Direction Garden. Tidak seperti
remaja biasa seumuran kami yg biasanya nge-date di malam minggu seperti ini,sudah
sebuah tradisi aku, Reno, Adrian, Dante,Choky, si kembar Arial dan Arian, dan
juga Leo berkumpul di padang rumput yang luas ini.
Sudah dua tahun kami bersahabat
begitu dekat,entah bagaimana kami bisa menjadi sahabat seperti ini, coba
bayangkan kami ini berasal dari sekolah yang berbeda-beda, memiliki hobi yg
berbeda, watak yang berbeda, dari derajat yang berbeda dan memiliki impian yang
berbeda. Bahkan aku lupa bagaimana kami bisa bertemu sama lain jika saja aku
tidak memikirkan Dante.
Kalau diingat-ingat Dantelah
yang menyatukan kami, Aku dan sahabatku yang lain bisa dibilang adalah
anak-anak aneh di sekolah masing-masing, kami tidak terbelakang hanya saja kami
meiliki kepribadian yang aneh, misalkan saja Andian. Dia adalah kapten basket
disekolahnya dan sanagat populer,segala gerakan dan tehnik bermain basket yang
lainnya dikuasai, namun dia sama sekali tidak pernah bisa memasukkan bola,
itulah sebabnya dia dibilang aneh. Begitu juga dengan aku dan keenam sahabatku
yang lain.
Reno yang sering tidur sepanjang
hari dan malam baru tidak tidur seperti kelelawar. Dante si periang, pembuat
lelucon garing. Choky si pokalis band namun tidak punya personil. Si kembar
Arial dan Arian yg suka membuat percobaan aneh. Dan Leo anak misterius tinggkat
tinggi,kalau dia ketemu cewek nih pasti ngomongnya nggak nyambung misal kayak
gini.
Cewek: hai Leo lagi apa?
Leo : kucingku udah makan belum?
Cewek: Kekantin yuk
Leo : besok piket
Cewe: eh rambutku kebakar loh
Leo : ok sebentar lagi
Sedangkan aku hanya
anak culun bermata empat dan pendiam dan juga satu-satunya wanita di antara
mereka.
Tempat kami pertama bertemu ya
disini di Direction Gareden, Dante yang memberi nama pada tempat itu, dan juga
karena kami duduk atau tidur disini selalu mengikuti arah mata angin kami
sendiri. Masing-masing dari kami memiliki arah mata angin contohnya aku, arah
mata anginku adalah timur laut, maka jika aku disini aku selalu menghadap timur
laut.
Aku terus melamun sambil tidur
menghadap langit dengan yang lain sampai Adrian yang ada disampingku mengikuti
arah barat memanggiku.
“ Eh, cha”
“ iya? Kenapa ian?”
“ Sepi ya”
“ Kan udah dibilang jangan di
sedihin lagi, kita kan udah janji, dia juga nggak jauh-jauh amat dia masih
disini sama kita” Adrian hanya terdiam setelah aku mengatakan itu.
Sejujurnya kami sedang bersedih
saat ini, karena kami kehilangan salah satu arah kami yaitu Dante. Dante
meninggal sebulan yang lalu karena kangkernya, aku dan yang lain waktu itu juga
baru tau yang sebenarnya pas Dante udah
koma dirumah sakit dua bulan lalu. Tapi, sesudah itu Dia mengambilnya dari sisi
kami. Sampai sekarang sebenarnya kami belum merelakan kepergian Dante.
Dia sudah mengajari aku tentang
pentingnya sebuah impian. Dia seperti petunjuk arah yang dikirimkan tuhan pada
kami.Ku tengok sebelah kiriku yang kosong, yang seharusnya diisi Dante di sana.
“Kalian masih inget nggak, Dante
pernah bilang apa sama kita?” Tanyaku membuka percakapan.
“ Sebaik-baiknya orang, adalah
orang yang bermanfaat bagi orang lain’’ jawab yang lain serentak. Aku tersenyum
kecil mendengar yang lain masih kompak seperti biasanya. Aku ingat kata-kata
otulah yang membuat aku tersadar, apa pernah aku bermanfaat bagi orang lain?
Apa pernah kau membuat nafas seseorang menjadi lebih ringan?. Saat itu aku dan
yang lain bercerita t kalau sudah berasr nanti mau jadi apa, saat Dante aku
tanya mau jadi apa di menjawab seperti ini.
“ Eh Dan, cita-cita kamu apaan
Dan?”
“ Aku? Yang simple- simple
ajalah, aku mau jadi kompas?” Semuanya berpandangan bingung lalu Arial berkata.
“ Cha, kayanknya keputusan kamu
buat jadi dokter bener deh. Kita butuh orang yang bisa merbaiki otak Dante”
Yang lain tertawa tapi tidak dengan Dante.
“ Aku mau jadi kompas, maksudnya
aku mau jadi penunjuk arah yang benar buat orang lain, supaya nggak ada lagi
orang yang sengsara didunia ini, sejujurnya aku mau bermanfaat bagi orang lain,
karena sebaik-baiknya orang adalah dia yang bisa bermanfaat bagi orang lain”
Itulah Yng dikatakan Dante waktu itu.
Sejak saat itu juga Aku dan para
sahabatku yang lain memiliki satu tujuan yaitu seperti yang Dante
inginkan.Walaupun kami banyak perbedaan, walaupun kami memiliki impian yang
berbeda, walaupun kami berasal dari arah yang berbeda namun kami hanya memiliki
satu tujuan, tujuan yang Dante katakan, tujuan yang lebih berarti dari apapun
didunia ini. Sebuah impian yang akan menuntun kami menjadi orang yang tidak
hanya merepotkan namun juga bermanffaat.
Walau Dante sudah tiada namun
dia selalu menuntun kami, disisi kami, dan menjadi impian kami.
“ Dante...... aku, Reno, Adrian,
Arian, Arial, Leo dan Choky janji sama kamu persahabat yang sudah kamu bentuk
ini, Persahabatan 8 Arah ini persahabatan demi satu impian dan tujuan ini tidak
akan pernah putus dan akan terwujud apapun rintangannya” ucapku dalam hati.
Seketika angin behembus membuatku menutup mata, mataku masih tertutup namun aku
merasakan seseorang menggenggam tangan kiriku dan berbisik.
“Terima
kasih ”
Aku langung membuka mataku dan
menoleh namun tidak ada orang.Akupun tersenyum kecil.
PENULIS : RESSA PUSPITA
0 komentar:
Posting Komentar