Senin, 20 Januari 2014

Cerpen : Persahabatan 8 Arah



                Malam ini begitu indah dengan bintang yang bertaburan diterangi bulan. Seperti malam-malam minggu lainnya aku dan para sahabatku berkumpul di markas kami Direction Garden. Tidak seperti remaja biasa seumuran kami yg biasanya nge-date di malam minggu seperti ini,sudah sebuah tradisi aku, Reno, Adrian, Dante,Choky, si kembar Arial dan Arian, dan juga Leo berkumpul di padang rumput yang luas ini.
                Sudah dua tahun kami bersahabat begitu dekat,entah bagaimana kami bisa menjadi sahabat seperti ini, coba bayangkan kami ini berasal dari sekolah yang berbeda-beda, memiliki hobi yg berbeda, watak yang berbeda, dari derajat yang berbeda dan memiliki impian yang berbeda. Bahkan aku lupa bagaimana kami bisa bertemu sama lain jika saja aku tidak memikirkan Dante.
                Kalau diingat-ingat Dantelah yang menyatukan kami, Aku dan sahabatku yang lain bisa dibilang adalah anak-anak aneh di sekolah masing-masing, kami tidak terbelakang hanya saja kami meiliki kepribadian yang aneh, misalkan saja Andian. Dia adalah kapten basket disekolahnya dan sanagat populer,segala gerakan dan tehnik bermain basket yang lainnya dikuasai, namun dia sama sekali tidak pernah bisa memasukkan bola, itulah sebabnya dia dibilang aneh. Begitu juga dengan aku dan keenam sahabatku yang lain.
                Reno yang sering tidur sepanjang hari dan malam baru tidak tidur seperti kelelawar. Dante si periang, pembuat lelucon garing. Choky si pokalis band namun tidak punya personil. Si kembar Arial dan Arian yg suka membuat percobaan aneh. Dan Leo anak misterius tinggkat tinggi,kalau dia ketemu cewek nih pasti ngomongnya nggak nyambung misal kayak gini.
                Cewek: hai Leo lagi apa?
                Leo : kucingku udah makan belum?
                Cewek: Kekantin yuk
                Leo  : besok piket
                Cewe: eh rambutku kebakar loh
                Leo   : ok sebentar lagi
 Sedangkan aku hanya anak culun bermata empat dan pendiam dan juga satu-satunya wanita di antara mereka.
                Tempat kami pertama bertemu ya disini di Direction Gareden, Dante yang memberi nama pada tempat itu, dan juga karena kami duduk atau tidur disini selalu mengikuti arah mata angin kami sendiri. Masing-masing dari kami memiliki arah mata angin contohnya aku, arah mata anginku adalah timur laut, maka jika aku disini aku selalu menghadap timur laut.
                Aku terus melamun sambil tidur menghadap langit dengan yang lain sampai Adrian yang ada disampingku mengikuti arah barat memanggiku.
                “ Eh, cha”
                “ iya? Kenapa ian?”
                “ Sepi ya”
                “ Kan udah dibilang jangan di sedihin lagi, kita kan udah janji, dia juga nggak jauh-jauh amat dia masih disini sama kita” Adrian hanya terdiam setelah aku mengatakan itu.
                Sejujurnya kami sedang bersedih saat ini, karena kami kehilangan salah satu arah kami yaitu Dante. Dante meninggal sebulan yang lalu karena kangkernya, aku dan yang lain waktu itu juga baru tau  yang sebenarnya pas Dante udah koma dirumah sakit dua bulan lalu. Tapi, sesudah itu Dia mengambilnya dari sisi kami. Sampai sekarang sebenarnya kami belum merelakan kepergian Dante.
                Dia sudah mengajari aku tentang pentingnya sebuah impian. Dia seperti petunjuk arah yang dikirimkan tuhan pada kami.Ku tengok sebelah kiriku yang kosong, yang seharusnya diisi Dante di sana.
                “Kalian masih inget nggak, Dante pernah bilang apa sama kita?” Tanyaku membuka percakapan.
                “ Sebaik-baiknya orang, adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain’’ jawab yang lain serentak. Aku tersenyum kecil mendengar yang lain masih kompak seperti biasanya. Aku ingat kata-kata otulah yang membuat aku tersadar, apa pernah aku bermanfaat bagi orang lain? Apa pernah kau membuat nafas seseorang menjadi lebih ringan?. Saat itu aku dan yang lain bercerita t kalau sudah berasr nanti mau jadi apa, saat Dante aku tanya mau jadi apa di menjawab seperti ini.
                “ Eh Dan, cita-cita kamu apaan Dan?”
                “ Aku? Yang simple- simple ajalah, aku mau jadi kompas?” Semuanya berpandangan bingung lalu Arial berkata.
                “ Cha, kayanknya keputusan kamu buat jadi dokter bener deh. Kita butuh orang yang bisa merbaiki otak Dante” Yang lain tertawa tapi tidak dengan Dante.
                “ Aku mau jadi kompas, maksudnya aku mau jadi penunjuk arah yang benar buat orang lain, supaya nggak ada lagi orang yang sengsara didunia ini, sejujurnya aku mau bermanfaat bagi orang lain, karena sebaik-baiknya orang adalah dia yang bisa bermanfaat bagi orang lain” Itulah Yng dikatakan Dante waktu itu.
                Sejak saat itu juga Aku dan para sahabatku yang lain memiliki satu tujuan yaitu seperti yang Dante inginkan.Walaupun kami banyak perbedaan, walaupun kami memiliki impian yang berbeda, walaupun kami berasal dari arah yang berbeda namun kami hanya memiliki satu tujuan, tujuan yang Dante katakan, tujuan yang lebih berarti dari apapun didunia ini. Sebuah impian yang akan menuntun kami menjadi orang yang tidak hanya merepotkan namun juga bermanffaat.
                Walau Dante sudah tiada namun dia selalu menuntun kami, disisi kami, dan menjadi impian kami.
                “ Dante...... aku, Reno, Adrian, Arian, Arial, Leo dan Choky janji sama kamu persahabat yang sudah kamu bentuk ini, Persahabatan 8 Arah ini persahabatan demi satu impian dan tujuan ini tidak akan pernah putus dan akan terwujud apapun rintangannya” ucapku dalam hati. Seketika angin behembus membuatku menutup mata, mataku masih tertutup namun aku merasakan seseorang menggenggam tangan kiriku dan berbisik.
                “Terima kasih ”
                Aku langung membuka mataku dan menoleh namun tidak ada orang.Akupun tersenyum kecil.
PENULIS : RESSA PUSPITA

0 komentar:

Posting Komentar