Minggu, 09 Agustus 2015

Kerajaan Islam di Nusa Tenggara



Ø  Latar Belakang  :
Diperkirakan sejak abad ke-16 Islam hadir di daerah Nusa Tenggara (Lombok). Islam di Lombok diperkenalkan oleh Sunan Perapen (putra Sunan Giri).  Kemungkinan masuknya Islam ke Sumbawa ini dengan melalui Sulawesi, yaitu dengan dakwah para mubalig dari Makassar antara tahun 1540-1550.
Letak Geografis
Kerajaan Selaparang merupakan salah satu kerajaan yang pernah ada di Pulau Lombok. Pada masa lampau pusat kerajaan ini berada di Selaparang (sering pula diucapkan dengan Seleparang). Secara letak administratif saat ini berada di Desa Selaparang, Kecamatan Swela, Lombok Timur.
Buku Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat (2002) mencatat tiga pendapat tentang asal mula sejarah kerajaan Selaparang.
  • Pendapat Pertama
    Kerajaan Selaparang merupakan proses kelanjutan dari kerajaan tertua di pulau Lombok, yaitu Kerajaan Desa Lae' yang diperkirakan berkedudukan di Kecamatan Sambalia, Lombok Timur sekarang. Dalam perkembangannya masyarakat kerajaan ini berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu kerajaan Pamatan di Kecamatan Aikmel dan diduga berada di Desa Sembalun sekarang. Dan ketika Gunung Rinjani meletus, penduduk kerajaan ini terpencar-pencar yang menandai berakhirnya kerajaan. Betara Indra kemudian mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Suwung, yang terletak di sebelah utara Perigi sekarang. Setelah berakhirnya kerajaan yang disebut terakhir, barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok atau Kerajaan Selaparang.
  • Pendapat Kedua
    Setelah Kerajaan Lombok dihancurkan oleh tentara Majapahit, Raden Maspahit melarikan diri ke dalam hutan dan sekembalinya tentara itu Raden Maspahit membangun kerajaan yang baru bernama Batu Parang yang kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang.
  • Pendapat Ketiga
    Pada abad XII, terdapat satu kerajaan yang dikenal dengan nama kerajaan Perigi yang dibangun oleh sekelompok transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati dan sejak waktu itu pulau Lombok dikenal dengan sebutan Pulau Perigi. Ketika kerajaan Majapahit mengirimkan ekspedisinya ke Pulau Bali pada tahun 1443 yang diteruskan ke Pulau Lombok dan Dompu pada tahun 1357 dibawah pemerintahan Mpu Nala, ekspedisi ini menaklukkan Selaparang (Perigi) dan Dompu. 
                Dari ketiga pendapat diatas agak sulit untuk membuat penafsiran mengenai sejarah kerajaan Selaparang. Minimnya sumber-sumber sejarah menjadi alasan yang tak terelakkan.
Sumber Sejarah
1. MakamSelaparang
Makam ini terletak di kampong Peresak, Desa Selaparang, kecamatan Pringgabaya, kabupaten Lombok timur. Makam selaparang yang diyakini merupakan makam-makam para rajanya yang pada saat itu telah menganut agama islam salah satunya adalah makam Ki Gading atau Penghulu Gading.
2. Masjid Bayan Beleq
Masjid Bayan Beleq Masjid ini berdiri pada abad ke-17, yang berarti usianya telah lebih dari 300 tahun.
 Kecamatan Bayan memang salah satu gerbang masuknya Islam di Pulau Lombok. Di kecamatan inilah, Islam pertama kali diperkenalkan, dan Masjid Bayan Beleq merupakan masjid pertama yang berdiri di pulau ini Di dalam masjid ini, terdapat beleq (makam besar) salah seorang penyebar agama Islam pertama di kawasan ini, yakni Gaus Abdul Rozak.
Silsilah Raja
Pendapat lain : Raja-raja Selaparng yang disebut-sebut dalam tradisi sesuai dengan yang dimakamkan antara lain :  (1) Raden Mas Pakenak, (2) Dewa Mraja Mas Pekel, (3) Raden Dipati Prakosa, (4) Batara Selaparang.
Setelah Prabu Indrajaya meninggal diganti oleh puteranya bernama Raden Mas Panji Anom yang juga dikenal dengan nama Prabu Anom. Pada masa inilah awal masuknya Islam di Lombok. Prabu Anom mempunyai anak bernama Raden Mas Panji. Raden Mas Panji Tilar Negara diseberangkan ke Alas-Sumbawa. (Tawalinuddin Haris, HS., 2002,). Dari sumber Makasar (Kronik Goa dan Tallo) menyebutkan bahwa Seorang anak laki-laki Raja Selaparang ”Mas Pamayan” menjadi Raja di Sumbawa yang dilantik pada tanggal 30 Nopember 1648 M.
Kehidupan Politik
Kerajaan Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik di darat maupun di laut. Laskar lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah tersebut sekitar tahun 1667-1668 Masehi. Namun demikian, Kerajaan Selaparang harus merelakan salah satu wilayahnya dikuasai Belanda, yakni Pulau Sumbawa, karena lebih dahulu direbut sebelum terjadinya peperangan laut. Di samping itu, laskar lautnya pernah pula mematahkanserangan yang dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel (Bali) dari arah barat. Bahkan wilayah Kerajaan Selaparang sampai dengan Sumbawa bagian barat.
Kehidupan Budaya
Di masa Prabu Rangkesari, Lombok (Selaparang) mencapai masa kejayaannya. Saat itu, kehidupan budaya berkembang pesat. Para cerdik pandai dari Selaparang menguasai dengan baik bahasa Kawi, bahasa yang berkembang di nusantara ketika itu. Berkat kemajuan dalam dunia sastra tersebut, akhirnya, para cendekiawan Selaparang berhasil menciptakan aksara baru, yaitu aksara Sasak yang disebut Jejawen.
 
Dengan bekal pengetahuan bahasa Kawi, Sasak dan aksara Sasak, para sastrawan Selaparang banyak mengarang, menggubah,  mengadaptasi, atau menyalin sastra Jawakuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Di antara lontar-lontar tersebut adalah Kotamgama, Lapel  Adam, Menak Berji dan Rengganis. Selain itu, para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran sufi para walisongo.  Salinan dan adaptasi tersebut tampak dalam lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursa dadan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Sidik Anak Yatim.
Kehidupan Sosial
Dalam bidang sosial budaya, masyarakat Selaparang banyak menghasilkan lontar salah satunya Lontar Kotamgama menggariskan sifat dan sikap seorang pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma, dan Warsa. Danta berarti gading gajah, artinya, apabila dikeluarkan, tidak mungkin dimasukkan lagi; Danti berarti ludah, artinya, apabila sudah dilontarkan ketanah, tidak mungkin dijilat lagi; Kusuma berartikembang, artinya, bunga yang sama tidak mungkin mekar dua kali; Warsa artinya hujan, artinya, apabila telah  jatuh ke bumi, tidak mungkin naik kembali menjadi awan. Itulah sebabnya, seorang raja atau pemimpin hendaknya berhati-ti dalam setiap tindakan, agar tidak melakukan banyak kesalahan
Kemunduran
  1. Adanya KerajaanPagutan dan Pagesangan yang melemah kan kekuasaan Selaparang
  2. Adanya berbagai serangan dari Kerajaan Gelgel dan Kerajaan Mataram Karang Asem.
  3. Adanya penghianatan yang dilakukan oleh Arya Banjar Getas.

0 komentar:

Posting Komentar