Minggu, 09 Agustus 2015

Kerajaan Islam Banjarmasin



KERAJAAN BANJARMASIN
·         Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Selatan
·         Aspek Politik
1.      1526 – 1545: Pangeran Samudra yang kemudian bergelar Sultan Suriansyah, Raja pertama yang memeluk Islam. (Raja Pertama )
Sultan Suryanullah[1][9] atau Sultan Suriansyah[10][11] atau Sultan Suria Angsa[12][13] adalah Raja Banjarmasin pertama yang memeluk Islam. Ia memerintah tahun 1520-1540[14]. Pangeran Samudera merupakan raja Banjar pertama sekaligus raja Kalimantan pertama yang bergelar Sultan yaitu Sultan Suryanullah. 1520-1546) Sultan Suriansyah. Nama kecil Raden Samudra. Raja Banjar pertama yang memindahkan pusat pemerintahan di Kampung Banjarmasih (Kuin) menggantikan Maharaja Tumenggung (Raden Panjang), Dia ahli waris yang sah sesuai wasiat kakeknya Maharaja Sukarama (Raden Paksa) dari Kerajaan Negara Daha dibantu Mangkubumi Aria Taranggana.  Raden Samudera memeluk Islam pada 24 September 1526
2.      1859 - 1862 : Pangeran Antasari yang bergelar Panembahan Amir Oeddin Khalifatul Mu'mina ( Raja Terkenal )
Semasa muda nama beliau adalah Gusti Inu Kartapati. Ayah Pangeran Antasari adalah Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir bin Sultan Muhammad Aminullah. Ibunya Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman. Pangeran Antasari mempunyai adik perempuan yang bernama Ratu Antasari/Ratu Sultan yang menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman tetapi meninggal lebih dulu sebelum memberi keturunan. Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, beliau juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito.

Setelah Sultan Hidayatullah ditipu belanda dengan terlebih dahulu menyandera Ratu Siti (Ibunda Pangeran Hidayatullah) dan kemudian diasingkan ke Cianjur, maka perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan pula oleh Pangeran Antasari. Sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai sepupu dari pewaris kesultanan Banjar. Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin perjuangan umat Islam tertinggi di Banjar bagian utara (Muara Teweh dan sekitarnya), maka pada tanggal 14 Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan seruan:
"Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah!"
Seluruh rakyat, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi "Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin", yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.[6]

Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, ia harus menerima kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah kepadanya dan bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab sepenuhnya kepada Allah dan rakyat.

Perlawanan terhadap Belanda
Lanting Kotamara semacam panser terapung di sungai Barito dalam pertempuran dengan Kapal Celebes dekat pulau Kanamit, Barito Utara Perang Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April 1859. Selanjutnya peperangan demi peperangan dipkomandoi Pangeran antasari di seluruh wilayah Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito
sampai ke Puruk Cahu.

Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Khalifatul Mukminin dengan pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan Belanda yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil mendesak terus pasukan Khalifah. Dan akhirnya Khalifah memindahkan pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.

Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun beliau tetap pada pendirinnya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861.
“dengan tegas kami terangkan kepada tuan: Kami tidak setuju terhadap usul minta ampun dan kami berjuang terus menuntut hak pusaka (kemerdekaan)”
Dalam peperangan, belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden. Namun sampai perang selesai tidak seorangpun mau menerima tawaran ini. Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam usia lebih kurang 75 tahun. Menjelang wafatnya, beliau terkena sakit paru-paru dan cacar yang dideritanya setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.

Setelah terkubur selama lebih kurang 91 tahun di daerah hulu sungai Barito, atas keinginan rakyat Banjar dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11 November 1958 dilakukan pengangkatan kerangka Pangeran Antasar

3.      19.  1862 - 1905 : Sultan Muhammad Seman yang merupakan Raja terakhir dari Kerajaan Banjar ( Raja Terakhir )
·         Aspek sosial
Dalam  kehidupan  masyarakat  Banjar  terdapat  susunan dan  peranan  sosial  yang  berbentuk limas (lapisan).Lapisan  paling  atas  adalah  golongan  penguasa  yang  merupakan golongan minoritas.  Mereka  adalah  kaum  bangsawan  atau  “bubuhan  raja-raja”.  Penghargaan masyarakat  terhadap  golongan  bangsawan  ini  sesuai  dengan  derajat  kebangasawanannya. Mereka, secara turun-temurun, menjadi golongan terhormat dan berdarah bangsawan, serta mempunyai  gelar-gelar  seperti  sultan,  pangeran,  ratu,  gusti,  andin,  antung,  dan  nanang. Golongan ini mempunyai hak memungut cukai dari hasil bumi, hasil pertanian, perikanan dan lain-lain.)
Golongan kedua adalah pejabat kerajaan, ulama-ulama, mufti, dan penghulu.Golongan ini langsung berhubungan dengan penduduk. Segala macam barang yang mereka beli dari masyarakat dan di bayar dengan uang. Golongan ketiga merupakan golongan terbesar, yaitu rakyat biasa.Mereka itu adalah golongan yang hidup dari bertani dan perdagangan kecil-kecilan, nelayan, kerajinan, industri, dan pertukangan.
Golongan  bawah  adalah  golongan pandeling. Golongan pandeling adalah  mereka  yang kehilangan  setengah  kemerdekaan  akibat  hutang-hutang  yang  tak  dapat  mereka  bayar. Biasanya,  merekalah  yang  menjalankan  perdagangan  dari  golongan  bangsawan  atau pedagang-pedangan  kaya.  Golongan  ini  berakhir  pada  abad  ke-19,   seiring  dengan dihapuskannya Kerajaan Banjar oleh Belanda.
·         Aspek Budaya
Berkaitan dengan kehidupan budaya, telah berkembang beberapa corak seni dan sastra. Saat itu,  Banjar  telah  memiliki  gamelan  yang  dipukul  dengan  lemah  lembut,  seni  sastra berkembang  dengan  menggunakan  huruf  Arab  Melayu  (Jawi),  dan  kemungkinan,  juga  telah berkembang  suatu  seni,  hasil  perpaduan  antara  tonil Melayu  dan  cerita  Seribu  Satu  Malam. Seni  ukir  berkembang  karena  adanya  kebiasaan  para  bangsawan  dan  orang  kaya  untukmembuat rumah secara mewah, yang dipenuhi dengan ukiran indah. Corak seni lain yang jugatelah berkembang dan amat kuat dipengaruhi kebudayaan Islam adalah mahidin dan balamut. Ini  semua  menunjukkan  bahwa,  di  Kerajaan  Banjar  telah  berkembang  suatu  seni  budaya dengan coraknya yang khas.
·         Aspek Ekonomi
Masuk dan berkembangnya islam berlangsung sebelum Kesultanan Banjar berdiri. Hal ini dikarenakan wilayah cikal bakal Kesultanan Banjar yang strategis, yaitu jalur perdagangan dan pelayaran. Melalui pelabuhan dan transaksi perdagangan yang ada, islam di dakwahkan oleh pedagang-pedagang muslim kepada rakyat.
Perdagangan kerjaan banjar terus berkembang pada saat pemerintahan surryanullah atau suryansyah. Kapal-kapal dagang yang besar pun berlabuh di Pelabuhan Banjarmasin. Bahkan, perdagangan itu telah diperluas sampai pedalaman, Perdagangan telah menjadi tulang punggung perekonomian Kerajaan Banjar. Barang dagangannya yang berasal dari Banjar, adalah kapur barus dan intan.




0 komentar:

Posting Komentar