Sabtu, 01 Februari 2014

Pidato :Keseimbangan Imtaq dan Iptek



Bismillahirrahmanirrahim,
Yang terhormat Bapak guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
Dan yang saya hormati teman-teman sekalian
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat pagi, dan salam sejahtera untuk kita semua,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita masih berkesempatan hadir di tempat yang berbahagia ini. Shalawat dan taslim senantiasa kita kirimkan kepada nabi besar Muhammad SAW, nabi yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Hadirin yang terhormat,
Keseimbangan imtaq (iman dan taqwa) dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) merupakan refleksi dua unsur penting dalam kehidupan manusia yang senantiasa harus dijaga. Imtaq menjaga agar manusia tidak tersesat dalam kehidupan, sementara iptek diperlukan untuk membawa perubahan positif, kemajuan, dan kesejahteraan dalam kehidupan manusia.
Era informasi dan globalisasi sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah memberikan dampak pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Perubahan masyarakat akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut membawa dampak yang besar pada budaya, nilai, dan agama. Nilai-nilai yang sementara ini dipegang kuat oleh masyarakat mulai bergeser dan ditinggalkan. Sementara nilai-nilai yang menggantikannya tidak selalu sejalan dengan landasan kepercayaan atau keyakinan masyarakat, sehingga penyimpangan kian subur dan berkembang.
Hadirin sekalian,
Dalam situasi seperti ini, remaja dan pelajar yang sedang berada dalam kondisi psikologis yang labil menjadi korban pertama, sebagaimana yang terjadi dalam berbagai kasus hedonisme, konsumerisme, hingga peningkatan kenakalan remaja dan narkotika.
Hal ini semakin membuktikan bahwa nilai - nilai hidup tengah bergeser sehingga membingungkan para remaja, menjauhkan mereka dari sikap manusia yang berkepribadian, khususnya para pelajar dan mahasiswa yang sedang mengalami proses kegalauan yang parah dalam mencari jati diri.
Pendidikan agama yang selama ini menjadi tameng utama bagi generasi muda mulai dirasakan kurang berpengaruh dan lebih tepatnya kurang diminati. Mengingat orang tua tenggelam dalam kesibukannya masing-masing, sedangkan lingkungan dan pergaulan yang tidak steril dari perilaku yang menyimpang dari norma-norma sosial dan agama. Sementara sekolah dan perguruan tinggi, padat dengan pencapaian tujuan kurikulum yang menonjolkan aspek komunikatif.
Memang, ilmu dan keimanan sama-sama bisa dipelajari. Namun, jika ilmu bisa dipelajari dengan otak, keimanan tidak. Keimanan akarnya ada di hati. Nah, ini yang susah. Hati manusia sejatinya bukan miliknya, tetapi Allah-lah pemiliknya. Artinya, andaikata seseorang menguasai seluruh ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini, belum tentu dia menguasai hatinya. Menguasai di sini dalam artian kita bisa mengendalikan sepenuhnya kapan harus cinta, kapan harus benci, kapan harus beriman, dan kapan tidak beriman.
Para hadirin yang saya hormati,

Sekarang pertanyaannya adalah memilih untuk menjadi orang yang berilmu tetapi tidak beriman, atau orang yang beriman tanpa ilmu, atau orang yang beriman sekaligus berilmu? Apapun jawabannya, semua kembali pada diri kita masing - -masing.

 Ada tiga alasan mengapa kita harus menguasai iptek, yaitu:
1.            Ilmu yang tadinya milik Islam diboyong oleh negara-negara barat (atau dengan kata lain dicuri). Negara - negara barat ingin Islam jatuh dalam keterpurukan.
2.            Mencegah penjajahan kaum lain. Masih ingat bagaimana Indonesia dijajah oleh Belanda berpuluh-puluh tahun silam? Ya, hal itu disebabkan diantaranya karena rakyat Indonesia saat itu masih bodoh, sehingga mudah ditipu dan diadu-domba, sehingga mudah pulalah kita dijajah.
3.            Terdapat upaya-upaya melemahkan umat Islam dari pemikiran kemajuan iptek oleh bangsa barat.
Namun penguasaan iptek tanpa didasari imtaq yang kuat sama juga dengan nol. Tahukah anda apa saja yang dapat melemahkan iman? Terjerumus ke dalam kemaksiatan, malas beribadah, memudarnya tali ukhuwah islamiah, sibuk dengan urusan duniawi, dan mencela kebaikan yang kecil. Sedangkan hal yang dapat membangkitkan keimanan kita, salah satunya adalah tilawah. Jadi, jika kita telah mendapatkan iptek, segeralah imbangi diri kita dengan imtaq.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu dikembangkan pemikiran – pemikiran yang lebih luas dan panjang dari para remaja khususnya pelajar yang merupakan generasi muda penerus bangsa.
Demikian pidato saya. Atas perhatian saudara – saudara saya ucapkan terima kasih.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

0 komentar:

Posting Komentar