Jumat, 01 April 2016

Contoh Hortatory Teks : Shoppers In England Sould Be Charged For Plastic Bags

Shoppers In England Sould Be Charged For Plastic Bags.
           I agree with the Deputy Prime Minister’s idea, that shoppers in England will have to pay a 5 pound charge on every plastic bag they use for shopping.  The charge will come into effect in autumn 2015.  The charge will only apply to supermarkets and other large stores, small corner shops will be excluded.
 I think this is a brilliant idea, we are trying to change people’s behavior in reducing plastic shopping bags, encourage people towards much more enviromentally friendly behavior. This small step will do much to tackle the nation’s huge plastic waste mountain.
        I think it would be better if this regulation is imposed on the whole United Kingdom. The charge should go to charities involved in clearing up the enviromental damage caused by the plastic bags, since we are not trying to tax people but are trying to change people’s behavior.

Resensi Novel 99 Cahaya di Langit Eropa ( Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa)



99 Cahaya di Langit Eropa
( Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa)


1.      Judul buku                        : 99 Cahaya Di Langit Eropa ( Perjalanan Menapak Jejak Islam di  
 Eropa)
2.      ISBN                      : 978-979-22-7274-1
3.      Penulis                    : Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra
4.      Tahun terbit           : 2015
5.      Tempat terbit         : Jakarta
6.      Penerbit                 : PT Gramedia Pustaka Utama
7.      Cetakan                 : ke delapanbelas
8.      Tebal buku            : 412
9.      Jenis buku                         : Nonfiksi/ Novel Islam
10.  Harga buku           : -        
A.    Sinopsis Novel
           Novel “99 Cahaya Di Langit Eropa (Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa)” karya dari Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra memiliki tema menapak jejak islam di Eropa. Buku ini berisi kisah-kisah perjalanan kedua penulis selama berada di Eropa. Hanum dan Rangga tinggal selama 3 tahun di eropa saat rangga mendapat beasiswa program doktoral di Universitas di Austria. Keduanya berkesempatan menjelajahi eropa dan menemukan keindahan eropa yang tidak sekadar hanya Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro, Colloseum Roma atau gondola-gondola di Venezia. Namun, mereka menemukan keindahan lain dari Eropa, mereka menjelajah sejarah dan menemukan bahwa Islam pernah berjaya di tanah itu. Eropa dan islam pernah menjadi pasangan serasi. Namun, ketamakan manusia membuat dinasti itu runtuh. Melalui buku ini, penulis ingin menceritakan tentang beberapa tempat dimana islam mempunyai kisah yang cukup menarik didalamnya. Kisah-kisah dari beberapa tempat didalamnya yang bisa membuat penulis dan pembaca enggan untuk melakukan kesalahan yang sama. Tempat itu antara lain Wina (austria), Paris (Perancis), Granada dan Cordoba (andalusia/Spanyol), dan Istanbul (turki).
           Selama kursus itulah hanum berkenalan dengan Fatma, wanita asal Turki yang berhasil menggugah jiwa kelana hanum untuk menyusuri jejak islam di eropa. Fatma yang notabene hanya seorang ibu rumah tangga ternyata memiliki wawasan luas tentang sejarah Islam di eropa. Bukan hanya itu, kebesaran hati seorang fatma yang menerima cerca dari kalangan non muslim menyadarkan hanum, bahwa Islam seharusnya dimaknai luar dan dalam. Bukan sekedar casing yang islam, namun jiwa dan pikiran kaum bar-bar. Sayangnya fatma tiba-tiba menghilang setelah mereka mengikat janji akan berkelana bersama menapaki jejak islam yang ada di Spanyol, Perancis, dan Turki yang pernah berjaya pada masanya. Demi memenuhi janji itu hanum kemudian mulai menjelajah sendiri bersama suami
                   Tempat kedua yang diceritakan penulis adalah Paris, Perancis. Kota ini dikenal City of lights, yang berarti pusat peradaban Eropa. Di Paris, Hanum bertemu dengan seorang mualaf, Marion Latimer yang bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris. Marion menunjukkan kepada penulis bahwa Eropa adalah pantulan cahaya kebesaran Islam. Eropa menyimpan harta karun sejarah Islam yang luar biasa berharganya. Seperti kufic-kufic pada keramik yang berada di musse louvre. Yang lebih mencengangkan Hanum, pada lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus, hijab yang dipakai Bunda Maria bertakhtakan kalimat tauhid, Laa ilaaha illallah. Selain benda-benda ‘kecil’ didalam musee louvre, Marion juga memberi tahu tentang Voie Triomphale atau Jalan kemenangan yang dibuat Napoleon Bonaparte, tempat dua gerbang kemenangan (arc du triomphe) yang sangat megah. menurut Marion, bila ditarik garis lurus imajiner maka akan menghadap arah kiblat. Mungkin akan menjadi konspirasi apabila Eropa mengakui Napoleon beragama Islam, tapi kedekatan beliau dengan Islam tak terbantahkan. Selain itu, Jenderal kepercayaan Napoleon, Francois Menou mengucapkan Syahadat setelah menaklukan mesir dan syariat-syariat islam juga menginspirasi Napoleonic Code.
                   Setelah ke Paris, mereka selanjutnya menjelajahi Cordoba dan Granada. Dua kota di andalusia yang menurut beberapa ahli adalah True City of Lights. Cordoba merupakan ibukota Andalusia dimana peradaban Eropa dimulai. Pada kota ini berkembang ilmu pengetahuan dan menginspirasi kota-kota lain di Eropa. Pada masa keemasan itu, Cordoba bukan negara islam seluruhnya, namun toleransi antar agama menjadi suatu landasan kuat hingga menjadi kota yang sangat dikagumi sekaligus membuat iri kota- kota lain. di Cordoba terdapat Mezquita, yaitu masjid besar yang menjadi Kathedral setelah jatuh ke tangan Raja Ferdinand dan ratu Isabela. Sementara itu Granada adalah kota terkahir dimana islam takluk di daratan Eropa. di Granada terdapat benteng megah yang menjelaskan betapa megahnya Islam di masa keemasan.
                   Selanjutnya mereka berkesempatan menjelajahi Istanbul. Istanbul / kontatinopel adalah saksi sejarah dimana Islam pernah memiliki masa keemasan. Pada masa itu, luas wilayah Islam lebih luas dari kerajaan Romawi. Namun, di Turki tidak ditinggalkan istana yang megah, bukan karena tidak mampu melainkan karena Sultan mereka mencontohkan kesederhanaan. Sesuatu hal yang mulai dilupakan pemimpin-pemimpin saat ini. Di Turki juga terdapat Hagia Sophia, bekas gereja besar dan sempat dijadikan masjid. Namun kini telah dijadikan museum oleh pemerintah Turki.
B.     Keunggulan dan kelemahan novel
1.      Keunggulan Novel
-          Kelebihan buku 99 cahaya di langit eropa ini adalah kita sebagai pembaca akan merasakan seolah-olah sedang mengelilingi eropa dengan berbagai model pendeskripsian dari penulis yang menghadirkan gambaran Eropa kedalam imajinasi kita.
-          Mengajak kita untuk mengamalkan Islam secara total melalui perilaku yang mencerminkan Islam, lewat contoh tokoh yang bernama Fatma.
-          Cerita yang disampaikan begitu santai dengan bahasa yang lugas dan sederhana sehingga seakan mengajak pembaca turut serta dalam perjalanan spiritual yang dilakukan.
-          Buku ini hingga lembar terakhir menguatkan kita sebagai seorang muslim bahwa : di belahan bumi manapun, menegakkan aqidah keislaman kita, berarti kita bersiap untuk menjadi “agen muslim sejati” yaitu sebagai muslim yang membawa rahmat bagi sekelilingnya, rahmatan lil alamin &  kebangkitan peradaban Islam adalah saat umat Islam kembali pada Al-Qur’an yang tidak sekedar dibaca, tetapi juga di pelajari dan diteliti detil artinya sesuai dengan bidang keilmuan kita. Menumbuhkan (kembali) kecintaan umat Islam pada Al-Qur’an, akan menjadi dasar kembali bersinarnya peradaban Islam seperti beberapa ribu tahun silam.
-          Memberikan gambaran baru tentang Eropa selain keindahan dan kemegahan bangunan di seantero dunia.
2.      Kelemahan Novel
-          Pada pemotongan sub bab dalam buku terkesan dipaksakan. Ketika sudah sampai pada akhir sub bab, tiba-tiba kita masuk lagi pada rangkaian cerita sebelumnya yang terputus.
-          Pada bagian penutup, akan lebih menarik jika maksud dari penulis langsung masuk ke  sub bab Ka’bah tanpa harus memasuki cerita yang lainnya, meski bagian tersebut menjelaskan mengapa penulis ingin pergi haji.
C.     Kesimpulan
              Kehancuran Islam di Eropa adalah karena setitik nilai perang saling menguasai yang menyebabkan trauma berkepanjangan. Jika proses masuknya Islam terus konsisten melalui cara damai seperti di Indonesia, tentulah Eropa hingga kini masih bercahaya sebagaimana Cordoba berhasil menerangi abad gelap di Eropa.
               Kini minoritas Islam di Eropa harus berjuang untuk mengembalikan citra Islam yang keras menjadi lembut,  seperti Fatma yang tetap santun meski mendengar hujatan dari orang-orang Eropa non muslim. Itulah sejatinya Islam, agama yang cinta damai.
            Sayang, selalu dan masih saja ada yang memaknai Islam harus ditegakkan dengan jalan yang keras, menebar teror melalui hembusan jihad, atau demo yang berujung anarkis seperti di Indonesia.
              Sudah saatnya umat Islam belajar dari kegagalan Islam berjaya di Eropa. Nafsu untuk menjadi lebih, nafsu untuk menguasai, dan nafsu merasa paling benar atas nama agama hanya akan memperburuk citra Islam di mata dunia.






    















DAFTAR PUSTAKA
-          Rais, Hanum Salsabiela dan Rangga Halmahendra. 2015. 99 Cahaya Di Langit Eropa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


Ulasan Atau Review Film 99 Cahaya Di Langit Eropa



Ulasan/Review Film/Drama “99 Cahaya Di Langit Eropa”
1.    Struktur
A.    Pendahuluan
Film 99 Cahaya di Langit Eropa adalah film drama religi tahun 2013 dari Indonesia. Film ini terbagi menjadi 2 bagian. Film ini di adaptasi dari sebuah novel yang ceritanya di angkat dari pengalaman penulis novel ini yaitu Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Film ini mengisahkan pengalaman seorang jurnalis asal Indonesia yang sedang menemani suaminya menjalani kuliah doktorat di Vienna, Austria. Mengisahkan bagaimana mereka beradaptasi, bertemu dengan berbagai sahabat hingga akhirnya menuntun mereka kepada jejak-jejak agama Islam di benua Eropa yang dibawa oleh bangsa Turki di era Merzifonlu Kara Mustafa Pasha dari Kesultanan Utsmaniyah.
Selain itu film ini juga menceritakan tentang berbagai konflik yang terjadi dalam kehidupan karakter-karakternya. Berselisih paham mengenai agama, dan sebagainya.

B.     Evaluasi
Pada bagian pertama menceritakan bagaimana berada di negara orang lain selama 3 tahun adalah suatu perjalanan jauh yang menarik untuk belajar, menambah pengalaman, berpetualang, dan mencari tahu hal-hal baru. Eropa menyimpan begitu banyak rahasia dan misteri tentang Islam. Namun, kini hubungan antara keduanya semakin merenggang sehubungan dengan adanya pihak-pihak yang memperkeruh keadaan. Maka, seolah-olah di masa sekarang, Eropa tak menyimpan peradaban Islam dan dikuasai oleh masyarakat non-Islam. Akan tetapi, yang sebenarnya Eropa adalah satu dari segelintir negara yang pertama kali dikuasai Islam sehingga banyak sekali benda-benda, bangunan, dan peninggalan Islam di Eropa.
Novel ini juga menceritakan seorang imigran Turki yang tinggal di Wina, Austria yang merupakan keturunan dari Kara Islami Pasha, pejuang Islam yang gagal mempertahankan Islam namun kerja keras beliau sangatlah besar. Hanum dan Fatma lalu mengatur rencana untuk melihat jejak-jejak Islam dari barat hingga ke timur Eropa. Dari Andalusia Spanyol hingga ke Istanbul Turki. Hingga pada akhirnya, perjalanan ini justru mengantarkannya ke Kota Paris, pusat ibukota peradaban di Eropa.
Di Paris inilah, Hanum bertemu dengan Marion Latimer yang merupakan seorang mualaf. Ia bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris. Marion menunjukkan bahwa Eropa adalah tempat yang memiliki bukti banyak tentang kebesaran Islam. Penjelasan dari Marion ini membuat Hanum semakin yakin bahwa Islam adalah agama yang besar dan sempurna. Di kerudung Bunda Maria terdapat bukti kebesaran Allah yaitu bertuliskan lafal “Lailahailallah”.
Pada bagian kedua, terdapat beberapa konflik yang terjadi seperti masalah keluarga yang menerpa rumah tangga Hanum dan Rangga  dimana ada kecemburuan karena Maarja selalu berusaha untuk mendekati Rangga dan menarik simpatiknya. Di sisi lain konflik semakin kompleks antara Stephan dan Khan karena perbedaan pendapat perihal sebuah keyakinan bahkan tak jarang dipicu oleh hal-hal kecil.
Di bagian kedua ini juga, latar belakang kehidupan para pemain lebih ditekankan sebagaimana kisah pilu Khan atas tujuannya menimba ilmu di benua biru hingga kisah menyedihkan di kala sang ayah harus tutup usia karena konflik peperangan di negaranya, Pakistan.
Pada bagian ini pun menitik beratkan pada sebuah perjalanan menapaki sejarah islam yang kali ini di awali dari Spanyol. Bangunan megah nan Indah bernama Cordoba yang menjadi saksi dimana peradaban islam pernah berjaya di masa lampau. Cordoba pernah difungsikan menjadi masjid namun kemudian beralih fungsi menjadi gereja, namun begitu masih jelas terlihat sisa-sisa peradaban islam di dalamnya.
Perjalanan kedua adalah menjajaki Turki, perjalanan Hanum dan Rangga di lakukan tatkala mereka mendapat kabar keberadaan Fatma. Ia meminta Hanum dan Rangga untuk singgah ke Turki sebelum bertolak ke Tanah air karena masa pendidikan Rangga yang telah selesai. Hanum dengan sangat antusias mereka pun berhasil menjumpai Fatma meski kabar duka pun harus di terimanya. Gadis kecil yang telah menyentuh hati Hanum telah pergi untuk selamanya karena kanker yang di deritanya.

C.    Interpretasi
Hanum dan Rangga sebagai penulis novel ini, menjadikan pengalaman mereka untuk membuat novel ini agar seluruh pembaca novel ini dapat mengerti kebesaran allah dan keagungan serta kemuliaan Islam. Dalam cerita ini, benar-benar membuat kita terpesona akan indahnya islam, dimana penulis novel ini sendirilah yang merasakan hidup di negara Eropa yang minoritas agamanya adalah Islam. Perjalanan mereka juga merupakan suatu pengalaman yang memperkaya nilai spiritual untuk lebih memaknai Islam.
Ada banyak kisah perjalanan menarik yang juga dapat menambah pengetahuan kita tentang peninggalan-peninggalan islam di Eropa, dan itu sangat menarik.
Pada saat Hanum dan Fatma mengunjungi Museum Kota Wina, disana terdapat banyak sekali peninggalan Islam di Eropa, salah satunya adalah lukisan Kara Mustafa Pasha, seorang panglima perang Turki yang gagal mempertahankan Islam namun kerja keras beliau sangatlah besar.
Ketika Hanum dan Rangga mengunjungi paris, mereka bertemu dengan seorang mualaf, Marion Latimer yang bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris. Marion menunjukkan kepadaku bahwa Eropa juga adalah pantulan cahaya kebesaran Islam. Salah satunya Museum Louvre, dimana terdapat lafal “Lailahailallah” pada kerudung lukisan bunda Maria. Di Pantheon, Gereja Notre Dame hingga Les Invalides yang menyimpan banyak sejarah Islam semakin membuat kami yakin dengan agama Islam.
Hal yang menarik menurut kami juga ketika Hanum dan Rangga mengunjungi Cordoba. Disana terdapat sebuah bangunan Mezquita atau Masjid Córdoba, sebuah gereja katedral di Spanyol yang dahulu merupakan sebuah masjid. Masjid itu pertama kali dibangun oleh Khalifah Muslim Abdurahman I pada tahun 787. Córdoba adalah ibukota Spanyol di bawah pemerintahan dinasti Umayyah. Pada saat pemerintahan Umayyah.
Dan perjalanan terakhir yang tidak kalah menariknya adalah saat mereka menuju Turki, mereka bertemu dengan fatma di Hagia Sophia. Haga Shopia di bangun pada abad 8 lalu yang berfungsi sebagai Katedral, namun setelah sultan ahmad kedua berkuasa di Turki, bangunan ini kemudian di alih fungsikan menjadi masjid, dan kini telah djadikan sebuah museum oleh pemerintah Turki
Selain perjalanan-perjalanan menjajali sejarah islam di Eropa, pada film ini juga ada terjadi beberapa konflik yang memang sangat menguras perasaan, salah satunya adalah dimana konflik rumah tangga terjadi antara Rangga dan Hanum, ketika Maria yang selalu medekati rangga hingga Hanum benar-benar cemburu, namun dengan saling percaya satu sama lain, Hanum dan Rangga dapat mengembalikan keharmonisan rumah tangganya bersama Hanum.
Konflik lain yang menarik juga terjadi antara Khan dan Steffan, dimana dua orang teman ini yang selalu berdebat perihal perbedaan keyakinan yang sangat mendasa antara mereka, hingga suatu ketika musibah menimpa keduanya, dan disitulah mulai terjalin hubungan persahabatan antara mereka, meski berbeda keyakinan namun pada akhirnya mampu saling untuk saling mengerti dan memahami satu sama lain.

D.    Ringkasan
1.      Pendahuluan
Film ini mengisahkan pengalaman seorang jurnalis asal Indonesia yang sedang       menemani suaminya menjalani kuliah doktorat di Vienna, Austria.
2.      Evaluasi   
Pada bagian pertama menceritakan bagaimana berada di negara orang lain selama 3 tahun adalah suatu perjalanan jauh yang menarik untuk belajar, menambah pengalaman, berpetualang, dan mencari tahu hal-hal baru. Novel ini juga menceritakan seorang imigran Turki yang tinggal di Wina, Austria yang merupakan keturunan dari Kara Islami Pasha, pejuang Islam yang gagal mempertahankan Islam namun kerja keras beliau sangatlah besar.
Pada bagian kedua juga menitik beratkan pada sebuah perjalanan menapaki sejarah islam yang kali ini di awali dari Spanyol. Bangunan megah nan Indah bernama Cordoba yang menjadi saksi dimana peradaban islam pernah berjaya di masa lampau. Cordoba pernah difungsikan menjadi masjid namun kemudian beralih fungsi menjadi gereja, namun begitu masih jelas terlihat sisa-sisa peradaban islam di dalamnya.
Perjalanan kedua adalah menjajaki Turki, perjalanan Hanum dan Rangga di lakukan tatkala mereka mendapat kabar keberadaan Fatma.
3.      Interpretasi 
Hanum dan Rangga sebagai penulis novel ini, menjadikan pengalaman mereka untuk membuat novel ini agar seluruh pembaca novel ini dapat mengerti kebesaran allah dan keagungan serta kemuliaan islam.
Beberapa perjalanan mengunjungi berbagai tempat bersejarah islam di Eropa antara lain Museum Kota Wina, terdapat lukisan Kara Mustafa Pasha, kemudian Museum Louvre yang berada di Paris, Mezquita di Cordoba, dan Haga Shopia di Turki.
Selain itu konflik-konflik yang terjadi dalam film ini juga sangat menarik, yaitu konflik yang terjadi antara Rangga dan Hanum, ketika Hanum dilanda rasa cemburu saat Maria selalu mendekati Rangga. Selain itu konflik juga terjadi antara Khan dan Steffan yang selalu berselisih pendapat tentang keyakinan mereka, namun akhirnya dapat menjalin hubungan persahabatan yang baik.
4.      Kesimpulan  
Film ini sangat memotivasi dari segala sisi. Baik dari sisi keyakinan, pendidikan, kasih sayang, dan lain sebagainya. Film ini sangat layak ditonton oleh semua kalangan. Disamping itu, untuk umat muslim kita dapat mengetahui berbagai macam sejarah islam di benua Eropa dan hidup bertoleransi antar umat beragama.

2.    Ciri Kebahasaan
A.    Menggunakan Kata Sifat (Adjektif)
Kata sifat sendiri merupakan kata yang menerangkan kuantitas, kualitas, kecukupan, urutan, atau penekanan suatu kata. Kata sifat sering digunakan untuk menilai kualitas suatu film. Adapun, pada review atau ulasan film 99 cahaya di Langit Eropa di atas terdapat beberapa pengguanaan kata sifat, diantaranya:
a.      Film inisangat memotivasidarisegalasisi
b.      Film ini sangat layak ditonton oleh semua kalangan
Adapun kata sangat dalam frasa film ini sangat memotivasi dari segala sisi dan film ini sangat layak ditonton oleh semua kalangan diunakan untuk menginformasikan kualitas film kepada penonton.
B.     Menggunakan Kalusa Simpleks dan Kompleks
Klausa adalah gabungan kata yang terdiri atas subjek dan predikat. Klausa simpleks merupakan klausa yang terdiri dari satu subjek dan satu perdikat, sedangkanklausa kompleks merupakan klausa yang memilliki lebih dari satu subek dan predikat. Ulasan atau review menggunakan berbagai klausa untuk memberikan informasi kepada pembaca.
Adapun, pada review atau ulasan film 99 cahaya di Langit Eropa di atas terdapat beberapa penggunaan klausa simpleks dan kompleks, diantaranyaa:
a.       Klausa Simpleks
1)      Film ini diadaptasi dari sebuah novel yang ceritanya di angkat dari pengalaman penulis novel ini yaitu Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.
2)      Film ini mengisahkan pengalaman seorang jurnalis asal Indonesia yang sedang menemani suaminya menjalani kuliah doktorat di Vienna, Austria.
Contoh di atas terdiri atas satu klausa. Pada contoh pertama kata film berfungsi sabagai subjek dan diadaptasi berfungsi sebagai predikat. Sedangkan pada contoh kedua film berfungsi sebagai subjek dan mengisahkan berfungsi sebagai predikat.
b.      Klausa Kompleks
1.      Eropa menyimpan begitu banyak rahasia dan misteri tentang Islam.
2.      Marion Latimer  merupakan seorang mualaf, ia bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris.
Contoh di atas terdiri atas dua klausa. Pada contoh pertama, klausa pertama adalah Eropa menyimpan begitu banyak rahasia tentang islam. Eropa berfungsi sebagi subjek, menyimpan begitu banyak rahasia berfungsi seagai predikat. Kalusa kedua adalah misteri tentang Islam . Klausa tersebut mengalami pelepasan subjek. Bentuk lengkap klausa tersebut yakni Eropa menyimpan begitu banyak misteri tentang Islam. Eropa berfungsi sebagi subjek, menyimpan begitu banyak misteri berfungsi sebagi predikat.
Pada contoh kedua, klausa pertama Marion Latimer  merupakan seorang mualaf. Klausa kedua ia bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris. Klausa kedua mengalami substitusi. Kedua klausa itu memiliki fungsi subjek sama, yaitu Marion Latimer. Namun, subjek pada klausa kedua disubtitusikan menjadi kata ganti ia.
Adapun beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam ulasan atau review.
·         Pelepasan,  bertujuan untuk menghndari pengulangan. Dalam review di atas terdapat pelepasan subjek pada kalimat Eropa menyimpan begitu banyak rahasia dan misteri tentang Islam.
·         Substitusi, bertujuan untuk mengurangi pengulangan dalam klausa kompleks. Selain bertujuan untuk menghindari pengulangn, substitusi juga memberi kesan variatif sehingga bacaan tidak membosanka. Jika suatu bacaan tidak menerapkan strategi substitui, bacaan tersebut akan sangat membosankan pembaca.
Dalam review di atas terdapat substitusi yakni pada kalimat Marion Latimer  merupakan seorang mualaf, ia bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris.Klausa kompleks tersebut terdiri atas dua klausa. Klausa pertama kalimat  Marion Latimer  merupakan seorang mualaf. Klausa kedua ia bekerja sebagai ilmuwan di Arab World Institute Paris. Kedua klausa itu memiliki fungsi subjek sama, yaitu Marion Latimer. Namun, subjek pada klausa kedua disubtitusikan menjadi kata ganti ia.
·         Ambiguitas,  berarti suatu kontruksi bermakana ganda . Dalam review di atas tidak terdapat ambiguitas.
·         Redundasi, yakni penggunaan unsur segmental secara berlebihan dalam suatu bentuk ujaran. Pada review di atas tidak terdapat redundasi.

3.    Unsur Instrinsik
a.       Tema: Tema dari film 99 Cahaya Di Eropa ini adalah perjalanan menapak jejak Islam di Eropa, yang dilakukan oleh Hanum dan Rangga.
b.      Latar
1.      Latara Tempat
·         Vienna, Austria
- Museum Karlsplatz
- Bukit Kara Mustafa
- KafeKarlsplatz
- professor Dernationalkonomie Finanz Minister
- Museum Sudbahnhof
- Wen Universitat Vienna
-  Der Wiener Deewan
·         Paris             
-          MuseumLuvre
-          Menara Ahdetriomphe
-          Menara Eifffel
-          Noutre Dame Chatdral
-          ArabWorld Instituet
·          Cordoba            
-          Mezquita Cordoba
-          Patung Averoes
·         Turki                    
-          HagaSophia
-          KuburanAyse
-          Blue Mosque
 2.Waktu : - Waktu: Pagi, siang, sore, danmalam
             3.Suasana:
-          Menyenangkan terbukti ketika dimana Hanum melakukan perjalanan mengelilingi Eropa untuk mengungkap sejarah Islam di dalamnya di temani Fatma, saudari muslim yang ia temui di kota Wina, sampai penjelajahannya bersama Marion di Kota Paris. Tak lupa pula perjalannya meyusuri Cordoba dan Granada, Spayol bersama suaminya Rangga.
-          Menegangkan terlihat ketika sempat terjadi percekcokan hebat antara Hanum dan Rangga yang diakibatkan oleh kesalah pahaman Hanum yang melihat Marya memeluk Rangga di depan matanya. Moment menegangkan lainnya adalah ketika Khan yang harus segera pulang karen ayahnya menjadi korban pengeboman di Pakistan.
-          Menyedihkan, susana ini tergambarkan ketika Ayse putri Fatma yang mengidap kanker darah meninggal.

c.       Tokoh
1.      Hanum
2.      Rangga
3.      Fatma
4.      Ayse
5.      Stevan
6.      Khan
7.      Maria
8.      Mariom
9.      Proffesor Reinhart
10.  Ayah Khan
11.  Ibu Khan

d.      Penokohan / watak :
e.       Hanum: Teguh pada pendirian, mandiri, istri yang baik, optimis
Contohnya: ketika Hanum bertekad untuk menyemangati Ayse yang dibuli oleh temannya.
f.       Rangga: Pintar, sabar, setia, taatkepada agama, baikhati, ramah. Contohnya: ketika Ia tetap setia kepada Hanum disaat Marya menyukainya.
g.      Fatma: Penuh perjuangan, sabar, baikhati, ramah, mudahbergaul, optimis dalam memperkenalkan sejarah islam.
Contohnya:ketika Fatma memperkenalkan dan membeitahukan Hanum tentang sejarah dan peradaban islam di Eropa.
h.      Ayse: Semangat, ceria, periang, baik hati, sabar.
Contohnya: ketika Ayse sedang dibuli oleh temannya karena memakai hijab, Ia tetap mempunyai semangat yang besar untuk tetap menggunakan hijab.
i.        Stevan: Penuh ingin tahu, suka meremehkan, setia pada teman. Contohnya: ketika Rangga dan Khan melaksanakan ibadah, Ia selalu bertanya dan terkadang meremehkan kepercayaan orang lain.
j.        Khan: Optimis, berbakti kepada orangtua, baikhati, emosian, suami yang baik. Contohnya: ketika Ayah Khan memutuskan Khan berjihad dengan ilmu, Ia menuruti kemauan ayahnya dan ketika Ia tidak menyukai kari namun Ia setiap hari memakan kari yang dibuatkan oleh istrinya.
k.      Maria: Ramah, baik, lapang dada, pintar, semangat dalam segala hal, pantang menyerah.
Contohnya: ketika Ia merelakan Rangga yang telah mempunyai istri dan menyikapinya dengan lapang dada serta tetap bersikap ramah terhadap Rangga dan Hanum.
l.        Marion: Baik hati, muslim sejati, ramah, bersahabat. 
Contohnya: Ketika Ia mengajak Hanum berkeliling kota Paris dan memperkenalkan sejarah perkembangan islam di Paris.
m.    Proffesor Reinhart: Tegas, teguh pada pendirian.
Contohnya:ketika Ia menetapkan bahwa jadwal ujian pada hari jumat dan pada waktu sholat jumat meskipun Rangga dan Khan telah meminta pergantian waktu.
n.      Ayah Khan: Optimis, rela berkorban, penyayang. Contohnya: ketika Ia dengan gigih melindungi keluarganya serta Khan.

4.      Alur Campuran
Alur yang di gunakan dalam film 99 Cahaya Di Langit Eropa ini adalah alur campuran, dimana disini ada gabungan antara alur maju yang menceritakan pengalaman Hanum dan Rangga menjelajahi peradaban Islam di Eropa, dan alur mundur yang menceritakan beberapa cerita sampingan seperti awal mula Ayse yang terjangkit kanker darah dan cerita masa kecil Khan.

5.      Sudut Pandang
Sudut pandang pada film 99 Cahaya Di Langit Eropa ini menggunakan sudut pandang orang pertama. Karena pada film tersebut, pengarang  terlibat sebagai salah satu tokoh cerita. Gaya penceritaan yang digunakan adalah gaya penceritaan akuan sertaan, dimana pengarang menjadi tokoh sentral dalam cerita.
6.      Amanat
1.      Jadikanlah sejarah sebagai pelajaran berharga bagi kita generasi muslim
2.      Banggalah menjadi seorang muslim dimanapun dan kapanpun. Jangan pernah goyah dengan perkataan orang.
3.       Hargailah keyakinan orang lain meskipun berbeda-beda.
4.      Tunjukanlah kepada dunia bahwa islam itu bukan teroris, sesungguhnya islama dalah agama yang indah dan damai.
4.Unsur Ekstrinsik
A.    Bahasa
Film garapan sutradara Guntur Soeharjanto yang diadaptasi dari novel berjudul sama yaitu 99 Cahaya di Langit Eropa ini menggunakan bahasa sehari-hari, dan juga karena proses syuting berlangsung di luar negeri para pemain juga menggunakan bahasa asing seperti Jerman,  Prancis, Spanyol, dan Inggis. Dalam film tersebut juga disertakan arti jika para pemain menggunakan bahasa asing sehingga memudahkan penonton untuk mengerti.
B.     Latar Belakang Kehidupan Pengarang
-          Novel berjudul 99 Cahaya di Langit Eropa ditulis oleh Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Hanum Salsabiela Rais (lahir di Yogyakarta, 12 April1982; umur 33 tahun) adalah mantan presenter berita dan ia merupakan putri dari Amien Rais, Suaminya Rangga Almahendra saat ini tercatat sebagai dosen di Johannes Kepler University dan Universitas Gadjah Mada. Novel ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama dengan tebal kurang lebih 412 halaman dengan cetakan pertama pada Juli 2011.
-          Novel ini kemudian di angkat menjadi film dengan judul yang sama yang di produksi oleh Maxima Pictures. Film ini digarap oleh sutradara Guntur Soeharjanto dan di produseri oleh Odie M hidayat. Guntur Soeharjanto mengawali karir di dunia perfilman dengan menjadi asisten Sutradara untuk film Biarkan Bintang Menari (2003). Debutnya sebagai Sutradara lewat film Otomatis Romantis (2008). Selanjutnya ia menyutradarai Cinlok (2008), Ngebut Kawin (2010), Kabayan Jadi Milyuner (2010), dan Purpel Love (2011) yang dibintangi Nirina Zubir dan Band Ungu. Sedangkan Odie M hidayat  adalah salah satu pendiri perusahaan film Maxima Pictures dan Ody Mulya juga menjabat sebagai Sekjen PPFI (Persatuan Perusahaan Film Indonesia).
C.    Nilai-Nilai yang terkandung dalam Karya sastra
-          Nilai moral
Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa diperlihatkan
·         Rangga sebagai tokoh utama memiliki karakter yang sabar, sopan dan rajin sehingga ia bisa mendapatkan beasiswa untuk belajar diluar negeri dan ia dapat lulus dengan predikat cumlaude.
·         Dalam film tersebut diceritakan Hanum memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap islam dan dengan dukungan dari suaminya Rangga, ia akhirnya dapat menyusuri rahasia-rahasia kebesaran Islam di Eropa.
·         Karakter Fatma dalam film ini diceritakan sebagai seorang muslim yang sabar, berpendirian teguh, dan bijak dalam bertindak. dalam film ini Fatma adalah orang yang menemani Hanum dalam menyusuri rahasia-rahasia islam di Eropa.
·         Khan merupakan sahabat Rangga yang berasal dari Pakistan, ia diceritakan sebagai tokoh yang taat beragama dan teguh dalam pendiriannya. Ia juga termasuk siswa yang cerdas.
-          Nilai sosial
Dalam film 99 Cahaya di Langit Eropa diperlihatkan adanya sikap saling menghargai antar umat beragama seperti ditunjukkan oleh rangga terhadap teman-temannya. Sikap sabar dan ikhlas juga ingin diperlihatkan dalam film ini dimana pada saat Fatma tahu ada seseorang yang menghina negara dan agamanya, ia lebih memilih untuk berbuat baik kepada orang tersebut dengan membayar makan mereka dari pada ia harus marah menanggapi pembicaraan tersebut. Film ini ingin mengajarkan jikalau perbuatan buruk itu tidak mesti di balas dengan perbuatan buruk juga. Kebaikan adalah cara terbaik untuk membalas perbuatan buruk. Arti kejujuran dan ikhlas juga diangkat dalam filmini, dimana diceritakan ada sebuah tempat makan yang memperbolehkan pengunjungnya untuk makan sesukanya dan membayar sesukanya.

-          Nilai budaya
Dalam film ini diceritakan para tokoh menemukan berbagai bukti kebudayaan islam di Eropa seperti Bukit Kahlenberg yang menjadi saksi sejarah kekalahan orang Turki yang mencoba berekspansi ke Eropa Barat, Sungai Danubeyang merupakan sungai terbesar di Eropa, Museum Kota wina, Vienna Islamic Centre, Museum Louvre dimana didalamnya terdapat lukisan Bunda Maria dan bayi Yusuf dimana di kerudung Bunda Maria terdapat tulisanLaailaahaillallah.Selain itu, terdapat Jalankemenangan yang dibuat Napoleon Bonaparte, tempatduagerbangkemenangan (arc du triomphe) yang sangatmegah, dan jika dari tempat tersebut ditarikgarislurusimajinermakaakanmenghadaparahkiblat. Selain itu ada Mezquitayang merupakan katedral yang dahulunya adalah sebuah masjid, dan ada Masjid biru yang digunakan sebagai tempat ibadah, sekolah dan untuk orang yang membutuhkan, terdapat juga Hagasophia yaitu katedral yang diubah menjadi masjid.

-          Nilai religi
Dalam film ini diceritakan
·         Rangga dan Hanum sebagai tokoh utama merupakan orang yang taat pada agama meskipun mereka menetap di negara dengan mayoritas non-muslim.
·         Khan sebagai teman rangga juga orang yang taat dalam beribadah, menurutnya urusan ibadah adalah nomer satu.
·         Stefan sebagai teman kuliah rangga adalah orang yang tidak beragama, dan ia sering sekali terlibat perselisihan dengan khan.
·         Marion adalah salah satu dari teman Fatma yang kemudian membantu Hanum menjelajahi Eropa untuk menggali tentang jejak keberadaan Islam di Eropa.
·         Fatma merupakan orang yang taat dalam beribadah dan ia adalah orang yang teguh dalam berpendirian. Walaupun ia tersendat untuk mendapatkan pekerjaan karena memakai kerudung, tidak pernah sekali pun ia ingin melepaskan kerudung tersebut.
-          Nilai politik
Dalam hal ini ditunjukkan jika pemerintah ataupun sekolah-sekolah disana tidak memberikan toleransi untuk orang yang beragama muslim. Dimana terlihat saat tidak disediakannya tempat solat bagi para mahasiswa muslim di kampus, dan terlihat juga saat guru ayse meminta ayse untuk menanggalkan kerudungnya. Profesor juga tidak menyetujui usulan rangga saat ia ingin meminta ujian dilaksanakan sehabis solat jumat.
5.      Perbandingan antara Novel dan Film
Novel
Film
Ayse putri semata wayang Fatma dan Selim didalam novel digambarkan sebagai balita berumur 3 tahun.
Ayse putri semata wayang Fatma dan Seling didalam novel digambarkan sebagai anak berusia 9 tahun, dan menjadi siswa disalah satu sekolah di kota Wina, Austria.
Kisah Kara Mustafa Pasha didalam novelnya digambarkan dengan cara menceritakan kisah Kara Pasha dengan sudut pandang Kara Pasha sendiri sebagai pimpinan perang yang gagal mempertahankan Islam di Eropa.
Didalam filmnya kisah Kara Mustafa Pasha hanya berupa deskripsi, dengan beberapa kalimat singkat yang ditayangkan pada awal dimulainya film.
Didalam novel tidak ada karakter bernama Leon
Didalam film Leon merupakan anak laki-laki asli Wina yang berperan sebagai teman sekelas Ayse, yang kerap kali mengejek Ayse yang selalu memakai kerudung ke sekolah.
Fatma di dalam novel sempat memperlihatkan kepada Hanum dari atas Bukit kahlenberg dimana letak Masjid yang bernama Vienna Islamic Center
 Dalam film tidak ada masjid yang bernama Vienna Islamic Center
Konflik batin yang dirasakan Hanum didalam Novel lebih dominan, dari pada konflik yang di alami Rangga.
Dalam film 99 Cahaya Di langit Eropa, konlik yang di alami Rangga lebih ditonjolkan. Jadi ada keseimbangan antara cerita kehidupan Rangga dan Hanum di Wina. Didalam film untuk mewujudkannya tokoh pendukung Khan dan Stefen di munculkan.
Tidak ada karakter wanita bernama Marya
Marya didalam film digambarkan sebagai salah seorang teman seuniversitas Rangga di Wina, yang diamna menaruh hati kepada Rangga. Diakibatkan oleh Marya ini lah nantinya pasangan Hanum Rangga di berikan cobaan dalam kehidupan asmara mereka.
Didalam novel diceritakan kejadian mati lampu yang dialami Hanum ketika berkunjung bersama Fatma dan Ayse ke museum Kota Wina. Dinama ketika itu Hanum sempat berpisah dengan Fatma dan Ayse.
Didalam film hanya diceritakan Hanum dan Fatma terpisah, namun adegan mati lampu di dalam Museum kota Wina tidak ada.
Teman-teman Fatma yang ia perkenalkan kepada Hanum ada 3 orang yaitu Latife, Ezra, dan Oznur.
Tokoh Oznur dalam film tidak ditampilkan, hanya ada Latife dan Ezra.
Diceritakan pengalaman Hanum dan Fatma yang menonton bersama ajang Piala Dunia Grup A dimana pada saat itu Turki berhadapan dengan Portugis
Tidak diceritakan kejadian Hanum dan Fatma menonton Piala dunia Group A Turki Vs Potugis.
Tokoh Marion Lamiter seorang peneliti sejarah Islam abad pertengahan, didalam novel di gambarkan sebagai salah seorang Mualaf yang diperkenalkan oleh Imam Hashim, penjaga Masjid Vienna Islamic Center. Dikatakan Marion menjadi Mualaf seelah mengetahui tokoh Idolanya Napoleon Bonaparte yang sebenarnya juga Islam.
 Tokoh Marion Lamiter di dalam film digambarkan sebagai salah satu teman Fatma, yang saat itu bertempat tinggal di Paris. Dan Marion sendiri di perkenalkan oleh Fatma kepada Hanum
Didalam novel ketika melakukan perjalanan ke Paris, Rangga dan Hanum sejak pertama kali sampai Marion telah menjadi pemandu jalan untuk mereka.
Didalam film Rangga dan Hanum bertemu Marion setelah satu hari sampai di Paris.
Tidak ada cerita secara jelas ketika Hanum dan Rangga menaiki menara Eiffel bersama.
 Ada adegan dimana Hanum dan Rangga jalan-jalan bersama menaiki menara Eiffel dan Rangga mengumandangkan Adzan dari atas sana.
Sebelum pergi meninggalkan Wina Fatma sempat mengirim pesan kepada Hanum
Ketika menginggalkan Wina Fatma tidak memperi berita apapun pada Hanum.
Tidak mengisahkan kenangan Khan waktu kecil, ketika terjadi perang di Pakistan
Menceritakan masa kecil Khan ketika kecil, yang sempat bercekcok dengan Ayahnya.
Didalam novel Hanum menceritakan dirinya smenjak berpisah dengan Fatma, dia tidak dapat melakukan kontak lagi dengan sahabat Fatma yang lain seperti, Oznur, Latife, dan Ezra
Namun di dalam Filmnya Hanum masih menjalani persahabatan dengan Latife dan Ezra
Yang meminta Hanum untuk mengunjungi Cordoba dan Granada adalah ayah hanum sendiri yaitu Amien Rais
Tidak ada cuplikan ketik Amien Rais menelpon Hanum, dan meminta putrinya mengunjungi Cordoba dan Granada mewakili dirinya.
Didalam novel konflik kehidupan Rangga di Universitasnya tidak terlalu ditonjolkan, hanya di ceritakan secara sekilas namun mendetail oleh Hanum.
Didalam film sempat di ceritakan konflik ketika Rangga akan mengikuti ujian di Universitasnya, namun harinya bertepatan dengan waktu untuk sholat Jumat. Rangga sempat berkonsultasi dengan sang dosen namun gagal.
Ada tokoh Hassan seorang muslim dan Indida yang bekerja di salah satu toko daging babi di Cordoba.
Tidak ada diperlihatkan tokoh Hassan, ketika Rangga dan Hanum berwisata ke Cordoba.
Ketika berwisata ke Mezquita Cordoba, Hanum dan Rangga bertemu seorang pemandu wisata benama Sergio yang menceritakan secara jelas peradaban Islam yang pernah menjadi tonggak berkembangnya Eropa masa kini yang diawali dari Cordoba, negara seribu cahaya.
Tokoh Sergio tidak di tampilkan
Tidak ada diceritakan kejadian Stephen yang tertabarak mobil
Diceritakan kejadian ketika Stephen tertabrak mobil, dan orang yang menolongnya pertama kali adalah Khan, orang yang sangat ia benci.
Tidak ada konflik asmara antara Rangga dan Hanum
Rangga dan Hanum sempat bercekcok, karen kesalahpahaman yang disebabkan oleh Marya yang tidak sengaja memeluk Rangga tepat di hadapan Hanum.
Kematian Ayse anak Fatma disampaikan kepada Hanum melalui email oleh Fatma sendiri setelah sekian lama menghilang. Dalam e-mail itu Fatma menjelaskan pada Hanum ,penyebab ia menghilang tiba-tiba dikarenakan Ayse yang menderita kanker darah.
Kematian Ayse di sampaikan oleh Fatma ke pada Hanum setelah Hanum dan Rangga berkunjung ke Istanbul mengunjungi Fatma. Namun, sebelum itu Hanum telah mengetahui penyakit Ayse setelah melihat bingkisan yang Marion titipkan untuk Ayse dan Fatma
Email dari Paul, orang asing yang pernah menerima treat dari Fatma ketika makan bersama di sebuah restoran di atas bukit Kahlenberd bersama Hanum, di perlihatkan secara langsung oleh Fatma kepada Hanum, ketika hanum berkunjung ke  rumah Fatma di Istanbul.
Email dari Paul, di teruskan oleh Fatma ke pada Hanum.
Akhir cerita didalam novel menggambarkan  pengalaman Hanum ketika melakukan perjalanan Haji ke Mekah, yang ketika itu sang suami Rangga tak dapat mendapingi dirinya di karenakan larangan dari tempat kerja Rangga yang tidak mengijinkan dirinya untuk mengambil cuti.
Akhir cerita di dalam Film menceritakan ketika Hanum, Rangg, dan Fatma berkunjung ke makan Ayse, di mana disanalah Hanum, akirnya memutuskan untuk memakai hijab dalam hidupnya.


















Daftar Pustaka
-          Rais, Hanum Salsabiela dan Rangga Halmahendra. 2015. 99 Cahaya Di Langit Eropa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
-