INILAH
AKU
Karya: R2 (1)
Animal
, itulah judul lagu yang sedang asyiknya mengalun di pagi hari yang cerah di
hari mingggu ini. Merapikan meja, mengepel dan menyiram merupakan rutinitasku
setiap hari minggu, kalau tidak ibuku bisa mengomel layaknya singa betina
kehilangan anaknya, galak. Nama lengkapku Baiq Ressa Puspita Rizma biasa
dipanggil Echa. Kalau kalian bertanya kenapa bisa aku dipanggil Echa, jujur aku
malas menjelaskannya. Dikeluarga yang di bangun oleh Mamiq Rizal dan Ibu Maryam
ini lah aku dibesarkan di temani dua orang saudara yang keduanya berada di
bawahku.
Namaku
berawalan Baiq sudah menjelaskan kalau aku adalah seorang perempuan, itulah
yang aku dan beberapa orang pikirkan, dan yang lainnya? Beranggapan kalau aku
hanya setengah perempuan. Tapi bukan perempuan jadi-jadian, aku maksud setengah
laki-laki atau yang sering di sebut tomboy. Ini akibat dari pergaulanku sejak
kecil, diantara semua sepupu seangkatanku hanya aku saja yang wanita jadi yah
inilah hasilnya, kalau anak perempuan lain main Barbie, aku main Power Ranger,
kalau anak perempuan lain nonton Dora aku nonton Naruto, One Piece, kalau anak
perempuan lain belajar menari aku belajar silat, kalau anak perempuan lain main
ayunan aku main panjat-panjatan pohon kelapa.
Untung
saja aku orangnya cuek jadi apapun kata orang terhadapku aku tidak pernah
masukkan ke dalam hati, termasuk mengenai keadaan fisikku. Langsung saja aku
berbadan gemuk dengan berat 64 kg dan memiliki tinggi 153 cm, tentu bukanlah
postur tubuh para Miss Indonesia yang semuanya postur ala gitar
Spayol,Portugis, Inggris yang diidamkan para lelaki dan wanita dari Sabang
sampai Merauke. Dalam masalah inipun aku tidak perduli kalau harus memiliki
tubuh yang gemuk dan pendek, aku tidak pernah ingin menjadi kurus atau
menginginkan tubuh yang ideal, karena untukku pribadi ini merupakan anugrah
dari Allah SWT. Aku selalu yakin kalau
semua kekurangan yang orang lihat dari diriku merupakan kelebihan yang di
berikan Allah kepadaku dan aku akan selalu bersyukur atas semua itu.
Tapi
dalam menjalani hidup ini tidaklah selalu mudah, pasti ada kalanya aku berada
dibawah. Seperti yang sponsor di TV katankan LIFE IS NEVER FLAT. Semua orang
pasti pernah merasakan jatuh dan bangun dalam hidup mereka, dan salah satunya adalah
aku sendiri. Ada suatu ketika aku mengalami sebuah depresi akibat dari postur
tubuhku yang gemuk dan pendek,saat itu orang tuaku bersikeras agar aku harus
kurus dan tinggi agar bisa di terima di IPDN nantinya, banyak ejekan dari
orang-orang di sekitaku yang aku terima karena aku adalah seorang perempuan
berbadan gemuk dan pendek, ejekan dan paksaan itu awalnya aku tak pedulikan
tetapi kekuatan waktu mengubahku untuk memperhatikannya dan akhirnya aku
mengalami depresi itu. Ketika itu berbagai ejekan menghujamku dalam waktu yang
bersamaan tentang tubuhku yang gemuk dan pendek ini. Hingga aku harus
bertengkar dengan ibuku karena masalah yang aku hadapi dan masalah inipun
membuatku tidak pernah melewatkan malamku dengan tidak menangis selama beberapa
malam karena meratapi kondisi badanku yang gemuk dan pendek.
Seperti
setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, pada masalahkupun aku menemukan
jawaban dari pertanyaanku. Dan inilah ceritaku.
Peristiwa
itu dimulai saat hari pertama,aku menjadi siswi di SMA 1 Selong. Tapatnya
tanggal 16 Juli 2014, SMA Negeri 1 Selong.
Kuperhatikan
lagi pantulan diriku di cermin,sudah 15 menit lamanya aku berdiri disana sambil
senyum-senyum kecil. Hari ini adalah hari pertamaku di SMA, aku masih belum
menyangka kalau aku sudah memakai rok yang berbeda warna yaitu abu.
“Aku
sudah putih abu-abu ya” gumamku senang. Kulihat jam yang bertengger di tanganku
menunjukkan jam 06.30, dengan penuh
semangatpun aku mengambil tasku yang sudah terisi beberapa buku tulis. Aku
keluar kamar dan mendapati keluargaku tengah berkumpul seperti biasa di ruang
tamu setiap paginya. Yah inilah rutinitas harian keluargaku untuk mempererat
hubungan kami,5-10 semuanya akan berkumpul setiap pagi.
“Bu,
Echa berangkat dulu ya udah telat ni”
“
Minum tehnya dulu dong nak...” seperti biasa aku tidak bisa menolak, ku seruput
teh yang masih setengah panas itu dengan hati-hati. Setelahnya aku berpamitan
dengan bersalaman kepada kedua orang tuaku.
“
Hati-hati dijalan...jangan ngebut-ngebut, jangan suka nyalip juga kalau di
tempet ramai..blalalalalalalalalalalalala” Ibuku cerewet seperti biasanya dan
karena sudah terbiasa dan hapal apa yang akan beliau katakan, perkataannya itu
sering kali terdengan seperti suara nyamuk di telingaku, bukannya aku
mengabaikan, cuma sudah kebiasaan saking seringnya.
“Iya
bu iya Echa ngerti, kok! jadi Ibu jangan kahwatir” Setelah selamat dari Khotbah pagi itu akupun
berangkat menggunakan motor yang sudah di berikan kedua orang tuaku sebagai
hadiah masuk SMA, namanya Dullahan begitulah aku memanggilnya, alasannya? Nama
Dullahan aku dapatkan dari salah satu film anime kesukaanku, dan karena aku
sangat suka dengan motor ini ya sudah aku panggil dia Dullahan. Setelah
mengelapnya beberapa menit, aku pun berangkat.
Selama
perjalanan aku sempat memperhatikan jam tanganku yang menunjukkan 10 menit lagi
akan menunjukkan jam 7 pagi, karena tidak mau telat di hari pertama masuk
sekolah, akupun memutuskan mengendarain Dullahan dengan tehnik Salip nyelip.
Jangan tanya tehnik salip nyelip itu apa, yang jelas aku punya beberapa cara
dengan mengendarai motor dengan cepat apabila sedang tergesa-gesa dan seperti
biasa caraku itu ampuh. Tepat jam 7 kurang satu detik aku sampai di sekolah
baruku, ya, SMA Negeri 1 Selong. SMA yang merupakan SMA nomor 1 di Lombok Timur,
SMA yang dikenal sebagai penghasil siswa siswi berprestasi dan berkualitas dari
segi akademik maupun non akademik. SMA yang mampu mengukir nama LOTIM di segala
bidang dan di segala tingkat dari tingkat RT sampai Nasional. SMA yang di
lengkapi dengan fasilitas yang memadai dengan dukungan guru-guru yang sudah
tidak perlu di pertanyakan pengalaman dan tingkat pendidikannya.
Sesampainya
aku di sana langsung saja ku parkirkan motorku di tempat yang masih belum
berpenghuni, dan bergegas menuju kelasku kelas X MS.1. Sepanjang perjalanan
menuju kelas aku deg-degan tidak karuan karena akan bertemu teman-teman baruku,
5 meter jauhnya aku sudah bisa melihat pelang kelas yang di gantungkan di
samping atas pintu bertuliskan X MS.1 Jantungku masih saja berdebar, malah
makin keras, aku sudah bisa merasakan keringat dingin yang mulai mengalir di keningku.
“
Assalamualaikum” setelah aku mengucapkan
salam yang menujukkan identitasku sebagai umat muslim selain jilbabku ini,
semua yang ada disana menoleh dan menjawab salam, aku tidak berani memandang
mereka dan akhirnya aku berjalan ke bangku yang berada paling depan, yah kebutuhan
orang bermata empat sepertiku kursi paling depan yang sering di hindari murid
lain sebagai kursi paling mengerikan di kelas karena berhadapan langsung dengan
guru. Baru saja aku menaruh tasku disana seseorang menyapaku.
“
Eh Echa kita dikelas yang sama lagi ya” Aku menoleh kesumber suara yang memanggilku,
ku dapati seorang siswa berbadan tinggi di sampingku memasang wajah dengan
sedikit senyum yang sangat familiar dimataku, bahkan aku sudah bosan melihat
wajahnya. Namanya I Putu Warasia Putra,
begitulah aku mengenalnya semenjak kelas 7 SMP, aku dan Putra berada di SMP
yang sama, otomatis aku sudah mengenalnya selama tiga tahun dan sekarang kami
berada di kelas yang sama lagi.
Kuperhatikan
sekelilingku, aku juga mendapati 3 orang temanku yang lainnya di SMP dulu yang
sekrang di kelas yang sama denganku yaitu Riana Yusrina seorang siswi bermata
empat sepertiku, Gugun Pramustoro siswa berbadan tinggi menjulang dengan kulit
kehitam-hitaman, dan yang terakhir Sasha Bafadal seorang siswi keturunan arab,
yang sebabnya aku sering memanggilnya unta Arab. Setelah aku perhatikan lagi
kelasku ini di dominasi oleh anak-anak Alumni SMP 1Selong, tempat aku menjalani
sekolah menengah pertamaku dulu, sebabnya banyak wajah yang familiar yang aku
lihat.
“
Ternyata kamu ya Putra, jujur aja aku udah bosen ngeliat mukamu terus” ucapku
bercanda.
“
Sama kali ca”
Diawali
orbolan kecil dengan Putra itulah aku memulai masa SMAku. 6 bulan pertama di
SMA banyak hal yang aku alami mulai dari hal biasa sampai yang tidak biasa. Aku
banyak mendapat teman teman baru di kelasku dan bertemu dengan banyak guru-guru
baru. Kelasku termasuk kelas yang unik, dikelasku kami memiliki sepasang onta
arab, seorang ustad, segerombol gamers maniak, Gading yang setiap harinya ulang
tahun, tukang tidur di jam kimia, pecinta matematika, Gugun Pramustoro yang
entah magaimana berganti nama penggilan menjadi Jhon,kami punya Cem yang hanya
dengan berdiri di depan kelas semua dibuatnya tertawa, entah aura lucu apa yang
dia bawa tapi dia sudah seperti badut di kelas kami, dan seorang wali kelas
kocak bernama Bu Ayuda.
Bagaimana dengan aku sendiri? Yah selain
masalah kelasku aku juga mendapat masalahku sendiri, aku jadi ketua kelas
walaupun aku tidak mau, intinya terpaksa. Aku pernah memecahkan rekor mandi
tercepat dirumah yaitu hanya 10 detik karena terlambat, aku dapat panggilan
Buket( Bu Ketua Kelas) karena aku sering marah-marah dan terbilang galak, yah
itulah salah satu sifat burukku, aku ini pemarah. Walaupun begitu tapi aku
senang mempunyai teman-teman kelas yang mau menerima aku apa danya.
Itulah
cerita singkat 6 bulan pertamaku di SMA, kini aku sudah memasuki semester
keduaku. Ini malam minggu atau yang sering di sebut malming ala anak muda jaman
sekarang tidak terkeculai aku, aku pandangi buku paket Bahasa Indonesia yang
sejak satu jam tadi hanya membisu di depanku tanpa berkata apapun. Saat itulah
muncul di benakku, “gimana ya rasanya pacaran?” tanpa sadar aku mengucapkan
kata itu,kata-kata yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya, kata-kata yang
menujukkan kalau aku mulai mengenal perasaan yang di sebut cinta. Lamunanku
terbuyarkan oleh hpku yang berdering tanda sms masuk. Kulihat tertera nama
Desta disana, salah satu sahabatku sejak SD dan sekarang dia juga berselokah di SMA 1 Selong sama
sepertiku.
Aku
lalu membaca smsnya
Desta: “ Malming nih ngobrol yuk”
Aku kemudian membalas
smsnya
Echa:” Kebetulan nih aku lagi mau
cerita, tentang pengalamanku 5 detik tadi”
Desta:” Pengalaman kok baru 5 detik
tadi? Ya udah deh terserah mau cerita apa?”
Echa:” Aku mau cerita, kayaknya aku
tertarik pacaran deh? Gimana menurut kamu Des? Tapi aku nggak pede nih sama
bentuk badanku sendiri, aku kan gemuk, pendek nggak cantik, apa ada ya yang mau
sama aku?” Setelah aku mengirim sms itu butuh
beberapa hingga Desta membalasnya.
Desta:” Ca kamu kerasukan apa? Jin
cinta? sampe nanya kayak gitu? Tumben banget!”
Echa:” IIIIIhhhh serius Des”
Desta:” Oke,oke sorry
bercanda....Emang nggak ada salahnya kamu punya keinginan untuk pacaran, itu
wajar dan semua orang pasti pernah menginginkannya. Hal tersebut merupakan
bukti kalau kamu mulai menginjak usia remaja dan ciri lain yang menunjukkan
seorang individu menginjak usia remaja adalah peningkatan hormon serta adanya
ketertarikan dengan lawan jenis. Wajar saja faktor faktor itu membuat kamu
ingin berpacaran dengan orang yang kamu “sukai”. Kalau kamu memang pingin
pacaran aku pesan sama kamu, pastikan dulu itu “cinta” bukan “suka” dan
ingatlah identitasmu sebagai umat muslim, bukannya dalam islam pacaran itu
haram?!”
Aku
tertohok membaca sms dari Desta. Ada dua hal yang langsung terfikir olehku,
pertama, jika memang aku ingin pacaran untuk memenuhi nafsuku hanya karena
hormonku yang membuatku tertarik dengan lawan jenis, itu adalah perlakuakn yang
menjijikkan. Kedua, jika aku berpacaran sama saja aku melanggar larangan Allah.
Aku kemudian mengucapkan istigfar dalam hati. Begitulan aku menghabiskan malam
mingguku dengan mendapat secerah cahaya dari Allah yang dititipkan kepada Desta
untuk disampaikan kepadaku.
Keesokan
harinya seperti biasa aku dan keluargaku berkumpul di ruang keluarga, ditemani
teh dan beberapa roti yang sudah di siapkan ibuku.
“
Ca, mamiq mau nanya, Echa kan sekarang sudah SMA jadi udah mikir mau lanjut
kemana?” tanya Mamiqku memulai pembicaraan.
“
UGM, Kedokteran, Spesialis Saraf” Jawabku singkat dan tegas. Mamiqku hanya
mengangguk-ngangguk mendengar jawabnku.
“
Kalau ibu sih nyaranin Echa ke IPDN saja, IPDN kan punya ikatan dinas, kalau
masuk kesana, sekolah saja bakal digaji, dan lulusnya Echa udah bisa dapet
kerja loh.....tinggal nambah tinggi sedikit sama turunin berat badan aja, kalau
otakkan ecah sudah punya modalnya. Makanya ibu kemarin sudah mencariakan cara
diet yang sehat untuk echa, kita mulai ngelakuinnya besok yah” Mulai lagi
pembicaraan tentang fisikku, dan itu adalah hal yang selalu membuatku jengkel
pada Ibuku sendiri, selalu memaksakan aku harus kurus.
“
Kalau masalah diet yang ibu bilang sih Echa nggak masalah, tapi kalau harus
masuk IPDN dan cuma buat jadi camat atau sebagainya yang kerja di pemerintahan
yang makin hari kancing bajunya pada lepas semua makan gaji buta, jadi PNS yang
ngebolos di jam kerja buat shoping sana sini, yang cuma bisa minta uang dari
negara. Bisanya cuma cari lapangan kerja tapi nggak mau buat lapangan kerja saja.
Kalau ibu minta Echa jadi kacung negara maaf aja deh”
Badmood,
itulah gambaran perasaanku pagi itu. Entah akupun tidak sadar dengan apa yang
aku katakan, pagi itu yang jelas aku sudah menghina semua PNS di seluruh
Indonesia termasuk Mamiqkku sendiri,dan untuk itu aku minta maaf walaupun apa
yang aku katakan adalah sebagian fakta dari berita yang aku tonton. Tapi
semenjak pagi itu pandanganku tentang cuek dengan tubuhku yang gemuk dan pendek
mulai luntur, membuatku berfikir apa benar aku harus kurus? Berbagai bertanyaan
melayang-layang di otakku, membuatku tidak bisa mengabaikan apa yang aku pernah
abaikan. Seharian yang ada dipikiranku hanya hal itu, dan hal tersebut
membuatku lebih sensitif jika ada orang yang menyinggung tentang postur
badanku.
Keesokan
harinya disekolah, aku berdiri di ambang pintu kelasku sambil memandangi langit
pagi yang selalu indah dipandang dari lantai dua gedung sekolahku ini. Beberapa
ada yang menyapaku dengan basa-basi. Salah seorang teman lamaku yang berbeda
kelas menyapaku pagi itu.
“
Hai Ca, apa kabar? Naruto gimana masih langgeng sama dia?”
“
Alhamdulillah masih sehat-sehat aja kok, yah beberapa bulan ini aku nggak
pernah ketemu sama dia kami jadi LDRan gara-gara dia pergi perang, tapi masih
sakinah, mawadhah, warahmah sih. Doain aja biar bisa sampe pelaminan” jawabku.
Pertanyaan konyol memang, tapi semua teman dekatku sudah mengenalku sebagai
salah satu pecinta anime yang selalu mendambakan Naruto menjadi pacar sungguhanku
walaupun itu mustahil. Kalau aku ingat-ingat lagi mungkin Narutolah cinta
pertamaku.
Dari
kejauhan aku lihat salah seorang teman kelasku, yang biasa dipanggil Deden
melangkah mendekati kelas. Setelah dia sampai dikelas dan melewati aku di pintu
dia berhenti sebentar dan berkata.
“
Ca badanmu besar amat sih, pintunya jadi penuh nih, kurusan dikit kek!
Mangkanya tu daging jangan di pelihara aja dong” katanya sambil cengengesan,
aku tau dia sebenarnya hanya bercanda tapi pagi itu moodku sedang jelek dan aku
sangat tersinggung mendengarnya berkata begitu. Belum selesai aku menghilangkan
kekesalanku karena diejek Deden, aku mendapat ejekan lagi dari Satria saat jam
olah raga. Hari itu aku ada pelajaran olahraga dengan materi kebugaran jasmani
dan kami diminta berlari keliling sekolah 3 kali oleh pak Wirawan. Karena belum
sarapan pagi aku jadi agak kecapaian dan ngos-ngosan ketika berlari, saat sudah
mengelilingi sekolah tiga kali, aku menghampiri teman-temanku yang lebih dulu
datang dari pada aku dan saat itulah aku mendapat ejekan dari Satria.
“
Wih Echa udah nyampe aja tuh, kamu larinya sambil gelindingan kayak bola ya
Ca?!” ucapnya, tanpa sadar dia mengejekku sebagai seorang yang gemuk. Cukup
hari itu aku mendapatkan ejekan dari dua teman sekelasku sekaligus mengenai
bentuk tubuhku yang gemuk ini, aku hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan
mencoba melupakan apa yang mereka katakan. Belum selesai sampai disitu,
keesokan harinya ada pemeriksaan berat badan dan tinggi badan untuk semua siswa
di SMAku.
“
Baiq Ressa....” Namaku jelas paling pertama dipanggil karena aku absen paling
atas. Setelah naik keatas timbangan aku melihat angka 64 kg, tanda segitulan
berat badanku, dan 153 cm untuk tinggiku setelah diukur denagn meteran. Jujur
entah kenapa aku merasa agak malu memiliki berat sebesar itu untuk seorang
wanita, padahal sebelumnya aku tidak peduli dengan itu.
“
Wah nak kamu obesitas”
“
Kurban nanti kita bakan kenyang nih kalau eca yang di kurban”
“
Ca bagi dagingnya ke Lia tuh, biar kamu nggak kelebihan daging, itung itung
sedekah”
Ocehan
seperti itu terus berdatangan setelah mereka mengetahui berat badanku dan
tinggi badanku yang sebenarnya. Itu belum seberapa, banyak dari mereka yang
mencemoohku dan itu menjadi pukulan besar untukku, aku hanya bisa tersenyum
pahit dan memendam rasa malu, kecewa dan sedihku dalam hati. Sepanjang penjalanan
pulang kata-kata teman-temanku terus terngiang dalam hati dan pikiranku seperti
ada seekor nyamuk yang terperangkap didalamnya.
Sampainya dirumah aku tidak mendapati siapapun disana, aku meliat
secarik kertas bertuliskan “ Ca Ibu lagi keluar sebentar kunci ada di bawah
keset”, setelah membuka pintu dan mengucapkan salam aku langsung masuk kekamar
dan menutup pintu kamarku.
Aku
pandangi pantulan diriku di cermin, 5 detik kemudian aku tersenyum. Setelah aku
pikir-pikir kembali untuk apa aku memasukkan perkataan mereka dalam hati
bukannkan lebih baik aku memafkan mereka saja yang sudah mengejekku. Aku pun
memutuskan untuk tidak memperdulikan perkataan mereka anggap sajalah angin
lalu. Kurebahkan diriku di kasur dan ku pandangi langit-langit, perlahan aku
mulai merasa kantuk,makin lama makin kantuk hingga, cplak.....
“ KYAAAAA!!!!!!!!”
Seekor
cicak jatuh tepat diatas kacamataku, spontan aku teriak sejadi-jadinya sambil
berlarian tak karuan seperti orang kesurupan. Aku berlari ke segala ruang yang
ada dirumahku, itupun masih sambil teriak-teriak, ketika sampai
didapur..gubrak!. Aku terpeleset bekas air yang tergenang di sana, sekujur
tubuhku sakit semua. Entah kenapa hari ini aku sial sekali setelah dijatuhi
cicak sekarang jatuh terpeleset.
“
ARGHHHH KENAPA HARI INI AKU SIAL SEKALI SSIIIIIIIH” Teriakku.
Walaupun
masih sedikit membekas tetapi aku sudah bisa melupakan masalahku kemarin
tentang ejekan itu. Sampai sore di hari rabu yang cerah membuka luka itu dan
menyayatnya makin dalam. Rabu sore itu kebetulan semua saudara dari keluarga
ayahku tengah berkumpul bersama memakan rujak, makanan khas lombok. Aku juga
bergabung bersama mereka disana. Salah seorang sepupuku yang baru kembali dari
Mataram menyapaku.
“
Echa!!...ini dia adikku paling manis dan paling montok”
“
Kak Elsa kapan balik dari Mataram?”
“
Baru tadi siang, ayo sini this time to ngerujak bareng” aku pun ikut bergabung.
Beberapa saat memang menyenangkan, kalau saja pertanyaan itu tak terucap.
“
Echa kok makin gede aja ya, beratnya berapa? Nggak butuh diet?” Seorang bibiku
bertanya kepadaku, jujur aku mulai tidak nyaman disini. Aku hanya membalas
pertanyaannya dengan senyuman kecil.
“
Nggak baik loh kalau gemuk terus kayak gitu, apalagi tinggi echa nggak sampe
160 deh kayaknya ya? Bisa obesitas nanti”
“
Yah Echakan sering males olahraga gimana mau punya badan ideal, kerjanyakan cuma
makan, tidur doang” kepalaku seperti terhantam mendengan kata itu terucap dari
mulut ibuku sendiri.
Lagi.....
“
Habisnya Echa males olahragakan, karena pantanya berat, jadinya susah
berdirinya,jalan aja ngos-ngosan”
Lagi......
“
Echa nggak pingin punya pacar ganteng apa? Kalau pacar ganteng ceweknya harus
cantik juga dong”
Lagi....lagi...dan
lagi aku terus mendengar ejekan bertubi-tubi lagi, cemoohan yang tidak ada
hentinya. Mengingatkanku pada apa yang terjadi disekolah dua hari yang lalu, padahal aku sudah bisa
mengabaikannya tapi kenapa aku harus mendengar kata-kata seperti ini lagi. Aku
rasanya ingin sekali berteriak pada mereka untuk menutup mulut dan pergi
dari tempat ini secepatnya. Tapi entah
kenapa seluruh badanku tidak bisa di gerakkan, mulutku rasanya dilakban.
Berakhirlah aku disini mematung sambil menerima hujaman itu tanpa hentinya. Ya
Allah maafkan aku sebelumnya, tapi mengapa aku merasakan ketidak adilanmu Ya
Allah?
Malampun
datang diiringi matahari yang perlahan bersembunyi di barat menampakkan mega
kebesaran langit dengan sinar kuning kemerah merahannya. Semakin gelap langit,
semakin suram juga hatiku dan perasaanku tak lupa dengan kejadian tadi sore, yang membukan luka lama 2 hari
yang lalu. Sehabis shalat magrib aku menonton TV dengan Mamiq, Ibu dan kedua
adikku. Malam ini aku bersantai karena tidak ada tugas yang akan aku kumpulkan
keesokan harinya. Walaupun mataku terjutu pada TV tapi pikiranku tertuju pada
dua hari lalu di sekolah dan sore tadi. Masih mengiang, masing terasa, masih
membekas, kata-kata dan perasaan yang bercampur aduk antara sedih, kecewa,
marah, dan jengkel.
Namun
lamunanku terbuyarkan ketika aku mendengar suara Mamiqkku memanggil.
“
Echa.....” Aku menolah kepada Mamiqku.
“
Tiang miq?” jawabku
“
Di sekolah ada pelajaran yang sulit? Atau ada yang butuh di leskan?” Seperti
biasa Mamiqku selalu saja perhatian, cowok paling perhatian dalam hidupku ya
Mamiq ku ini.
“
Nggak ada kok Miq, semuanya lancar-lancar aja. Masih bisa Echa atasi sendiri
kok kalau ada kesulitan” jawabku tersenyum. Sekarang giliran ibuku bertanya.
“
Sekarang Echa di sekolah masuk eskul apa?”
“
Echa masih ikut klub kimia, juga klub badminton?” perasaanku tidak enak dengan
arah percakapan ini.
“
Katanya pembina klub badmintonnya sudah pensiun, kenapa masih masuk di klub?
Kenapa Echa nggak masuk klub basket aja, biar nambah tinggi. Yah hitung-hitung
jadi persipan buat masuk IPDN kan kalau nggak di terima di Kedokteran nantinya.
Mungkin kalau berat badan nggak terlalu masalah tapi tingginya harus ditambah
dulu. Ibu bener-bener pingin ngeliat Echa masuk IPDN”
Amarahku
rasanya sudah di ujung tenggorokan, bersiap untuk di kelurkan. Tapi mengingat
ibuku yang berbicara dan karena tidak ingin menjadi anak yang berkata kasar
pada orang tua, dengan segenap kesabaran yang masih tersisa aku menahannya.
“
Bu bisa nggak sih, nggak usah ngebahas tinggi dan kurus terus, Echa bosen
dengernya” jawabku datar.
“
Loh kok Echa ngomong begitu sih, Ibukan cuma ingin Echa bisa mendapat masa
depan yang menjanjikan dengan masuk IPDN, ibu hanya pingin Echa punya badan
yang ideal aja kok”
“
Apa tubuh yang ideal itu menentukan masa depan seseorang bu? Apa dengan
mempunyai tubuh idel seseorang bisa diterima di masyarakat?”
“
bu...ca..kenapa malah bertengkar begini?” jawab Mamiqku menyela. Akupun baru
sadar kalau aku telah melawan ibuku, tapi aku sudah tidak tahan lagi aku ingin
ibuku tau apa yang aku rasakan sebenarnya.
“Bu,
Echa tau ibu ingin yang terbaik untuk Echa, dan semua yang ibu lakukan dari
dulu sampai sekarang, bahkan mungkin sampai dimasa yang akan datang semuanya
demi kebaikan Echa. Tapi apa salahnya sih Echa punya badan yang gemuk dan
pendek seperti ini, sehingga ibu terus aja ingin melihat Echa jadi kurus dan
tinggi? Ibu tau? Dimanapun echa berada rasanya Echa tidak pernah di terima
seperti Echa apa adanya. Semuanya selalu bertanya kapan kurus? Kokmasih gemuk
aja? Nggak pingin nambah tinggi? Selalu dan selalu itu terus. Rasanya menjadi
bertubuh gemuk dan pendek adalah hal paling salah di dunia ini, rasanya orang
bertubuh gemuk dan pendek layaknya Echa ini dilahirkan hanya untuk menjadi
kurus, kami seperti tidak memiliki tempat dimanapun kami menginjakkan kaki..”
kalimatku terhenti karena air mataku sudah tidak tertahan lagi. Sambil mengusap
mataku yang basah aku lanjutkan perkataanku yang sudah tak tertahankan lagi.
“
Bu, apa ibu ingat Echa pernah berusaha untuk menurunkan berat badan Echa dengan
segala bentuk dan macam olah raga, bahkan Echa pernah hampir keracunan karena
meminum dua obat diet yang berbeda. Tapi hasilnya? Tidak ada perubahan bu.
Karena inilah kelebihan yang Allah anugerahkan kepada Echa.Kalau memang ibu
ingin echa memiliki badan ideal demi terjaminnya masa depan Echa masuk IPDN,itu
bukan masa depan yang Echa inginkan bu. Lebih baik Echa berbadan gemuk dan
pendek sepertti ini selamanya tapi Echa bahagia dengan apa yang echa
cita-citakan nanti” dadaku naik turun seirama dengan nafasku yang panjang
pendek karena berbicara diiringi isak tangis.
“
Ya sudah terserah apa mau Echa, anggap saja terus Echa yang paling mengerti
tapi ibu tidak, anggap saja ibu paling bodoh disini” setelah berkata begitu
Ibuku masuk kedalam kamarnya. Begitupun dengan aku, malam itu aku habiskan
dengan menangis sepuas-puasnya.Aku tidak tahan lagi, semua masalah yang hanya
tentang badanku yang gemuk dan pendek ini, aku sudah tidak tahan lagi. Ya Allah
mengapa kau menciptakanku seperti ini, mengapa kau mencipkatanku hanya untuk
dihina karena kekuranganku. Mengapa?
Tanpa
aku sadarpun aku telah menyalahkan tuhanku satu-satunya yaitu Allah. Kacau dan
berantakan itulah kondisi fisik serta mentalku saat ini. Tidak ada lain yang
bisa aku lakukan hanya menangis.
Setelah
malam itu 2 hari lamanya aku tidak saling tegur sapa dengan ibuku walau kami
berada di atas atap yang sama. Masalah dirumah tidak aku bawa kesekolah aku
hanya memendamnya dalam hati dan selalu berusaha tersenyum di sekolah untuk
menyamarkan perasaanku yang sebenarnya, karena aku paling tidak suka dikhawatirkan
orang lain. Tapi ada satu orang yang tidak bisa aku bohongi yaitu Desta.
“
Udalah cerita aja, aku bakalan dengerin...siapa tau aku bisa bantu?” tanpa bisa
menolak akupun menceritakan semuanya pada Desta, dan seperti biasa dia
pendengar yang baik.
“
Kamu tau, ca. Terkadang aku iri sama kamu,kamu punya kelebihan yang aku tidak
punya. Kamu itu pedenya membelah tebing, suaranya kayak speaker masjid, kamu
berani, kamu baik,kamu perhatian walaupun perhatiannya dengan cara yang sedikit
berdeba yaitu galak. Aku juga salut sama kamu karena kamu selalu bersyukur
dengan apa yang kamu punya , aku salut sama kamu karena kamu beda dari
perempuan yang lain yang hanya mementingkan penampilan dengan menginginkan
tubuh yang idel, kamu selalu terima dengan tubuh gemuk dan pendek yang Allah
berikan sama kamu”
“
Yang diawal tadi kamu muji aku atau ngejek sih?”
“
Dua-duanya hehe.....tapi aku serius, dengan kekurangan yang orang lihat dari
kamu saat ini kamu akan mendapatkan sebuah anugerah di kemudian hari, terutama
dalam bidang asmara”
“Kenapa
kamu bilang begitu? Alasannya?”
“
Aku yakin di kemudian hari nanti kamu akan mendapatkan seorang laki-laki yang
akan mencintaimu apa adanya, yang mencintai kamu karena hatimu bukan fisikmu.
Seorang lelaki yang bisa melihat keindahan seorang wanita dari hati dan agamanya,
bukan keindahan seorang wanita dari fisik dan perkataannya”
Aku
selalu kagum dengan sahabatku yang satu ini, dia sungguh orang yang bijak. Dia
seperti motivator berpengalaman, setiap mendengar dia berbicara aku selalu
seperti mendapatkan hidayah.
“
Kamu memang cocok banget deh kalau jadi motivator Des” kataku sambil menyenggol
bahunya, sedangkan dia hanya tersenyum kecil.
“
Tapi laki-laki yang kamu maksud contohnya siapa?”
“
Aku”
***
Begitulah
akhirnya aku menyelesaikan masalahku atas bantuan Allah dan Desta. Kini aku dan
Ibuku sudah berbaikan lagi, ibuku juga berjanji tidak akan memaksakan
kehendaknya lagi padaku asalkan aku serius mengejar cita-citaku ia akan
mendukungku.
Dari
pengalaman itu aku tersadar akan sesuatu, kalau manusia diciptakan berbeda-beda
dan perbedaan itu ada agar manusia bisa saling melengkapi. Tidak akan ada
cantik jika tidak ada jelek, tidak akana ada tampan jika tidak ada buruk rupa,
tidak akan ada pintar jika tidak ada bodoh, tidak akan ada kurus jika tidak ada
gemuk, tidak ada tinggi jika tidak ada pendek.
Jadi
terimalah kekurangan kalian karena itu anugerah, jadi terimalah hidup kalian
karena manusia diciptakan untuk saling mengormati, saling menghargai dan saling
mengerti.
Aku
cewek bernama Echa dengan berat 64kg dan tinggi 153 cm. Aku gemuk, aku pendek.
Tapi......INILAH AKU.
Aku juga sering di hina badanku kecil tinggiku 156 ,jadi kelihatan masih anak2,pdhal umurku 18 tahun ,ssakit hati kalo di hina terus
BalasHapus