Rabu, 26 Agustus 2015

Cerpen: INILAH AKU



INILAH AKU
Karya: R2 (1)
Animal , itulah judul lagu yang sedang asyiknya mengalun di pagi hari yang cerah di hari mingggu ini. Merapikan meja, mengepel dan menyiram merupakan rutinitasku setiap hari minggu, kalau tidak ibuku bisa mengomel layaknya singa betina kehilangan anaknya, galak. Nama lengkapku Baiq Ressa Puspita Rizma biasa dipanggil Echa. Kalau kalian bertanya kenapa bisa aku dipanggil Echa, jujur aku malas menjelaskannya. Dikeluarga yang di bangun oleh Mamiq Rizal dan Ibu Maryam ini lah aku dibesarkan di temani dua orang saudara yang keduanya berada di bawahku.
Namaku berawalan Baiq sudah menjelaskan kalau aku adalah seorang perempuan, itulah yang aku dan beberapa orang pikirkan, dan yang lainnya? Beranggapan kalau aku hanya setengah perempuan. Tapi bukan perempuan jadi-jadian, aku maksud setengah laki-laki atau yang sering di sebut tomboy. Ini akibat dari pergaulanku sejak kecil, diantara semua sepupu seangkatanku hanya aku saja yang wanita jadi yah inilah hasilnya, kalau anak perempuan lain main Barbie, aku main Power Ranger, kalau anak perempuan lain nonton Dora aku nonton Naruto, One Piece, kalau anak perempuan lain belajar menari aku belajar silat, kalau anak perempuan lain main ayunan aku main panjat-panjatan pohon kelapa.
Untung saja aku orangnya cuek jadi apapun kata orang terhadapku aku tidak pernah masukkan ke dalam hati, termasuk mengenai keadaan fisikku. Langsung saja aku berbadan gemuk dengan berat 64 kg dan memiliki tinggi 153 cm, tentu bukanlah postur tubuh para Miss Indonesia yang semuanya postur ala gitar Spayol,Portugis, Inggris yang diidamkan para lelaki dan wanita dari Sabang sampai Merauke. Dalam masalah inipun aku tidak perduli kalau harus memiliki tubuh yang gemuk dan pendek, aku tidak pernah ingin menjadi kurus atau menginginkan tubuh yang ideal, karena untukku pribadi ini merupakan anugrah dari Allah SWT.  Aku selalu yakin kalau semua kekurangan yang orang lihat dari diriku merupakan kelebihan yang di berikan Allah kepadaku dan aku akan selalu bersyukur atas semua itu.
Tapi dalam menjalani hidup ini tidaklah selalu mudah, pasti ada kalanya aku berada dibawah. Seperti yang sponsor di TV katankan LIFE IS NEVER FLAT. Semua orang pasti pernah merasakan jatuh dan bangun dalam hidup mereka, dan salah satunya adalah aku sendiri. Ada suatu ketika aku mengalami sebuah depresi akibat dari postur tubuhku yang gemuk dan pendek,saat itu orang tuaku bersikeras agar aku harus kurus dan tinggi agar bisa di terima di IPDN nantinya, banyak ejekan dari orang-orang di sekitaku yang aku terima karena aku adalah seorang perempuan berbadan gemuk dan pendek, ejekan dan paksaan itu awalnya aku tak pedulikan tetapi kekuatan waktu mengubahku untuk memperhatikannya dan akhirnya aku mengalami depresi itu. Ketika itu berbagai ejekan menghujamku dalam waktu yang bersamaan tentang tubuhku yang gemuk dan pendek ini. Hingga aku harus bertengkar dengan ibuku karena masalah yang aku hadapi dan masalah inipun membuatku tidak pernah melewatkan malamku dengan tidak menangis selama beberapa malam karena meratapi kondisi badanku yang gemuk dan pendek.
Seperti setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, pada masalahkupun aku menemukan jawaban dari pertanyaanku. Dan inilah ceritaku.
Peristiwa itu dimulai saat hari pertama,aku menjadi siswi di SMA 1 Selong. Tapatnya tanggal 16 Juli 2014, SMA Negeri 1 Selong.
Kuperhatikan lagi pantulan diriku di cermin,sudah 15 menit lamanya aku berdiri disana sambil senyum-senyum kecil. Hari ini adalah hari pertamaku di SMA, aku masih belum menyangka kalau aku sudah memakai rok yang berbeda warna yaitu abu.
“Aku sudah putih abu-abu ya” gumamku senang. Kulihat jam yang bertengger di tanganku  menunjukkan jam 06.30, dengan penuh semangatpun aku mengambil tasku yang sudah terisi beberapa buku tulis. Aku keluar kamar dan mendapati keluargaku tengah berkumpul seperti biasa di ruang tamu setiap paginya. Yah inilah rutinitas harian keluargaku untuk mempererat hubungan kami,5-10 semuanya akan berkumpul setiap pagi.
“Bu, Echa berangkat dulu ya udah telat ni”
“ Minum tehnya dulu dong nak...” seperti biasa aku tidak bisa menolak, ku seruput teh yang masih setengah panas itu dengan hati-hati. Setelahnya aku berpamitan dengan bersalaman kepada kedua orang tuaku.
“ Hati-hati dijalan...jangan ngebut-ngebut, jangan suka nyalip juga kalau di tempet ramai..blalalalalalalalalalalalala” Ibuku cerewet seperti biasanya dan karena sudah terbiasa dan hapal apa yang akan beliau katakan, perkataannya itu sering kali terdengan seperti suara nyamuk di telingaku, bukannya aku mengabaikan, cuma sudah kebiasaan saking seringnya.
“Iya bu iya Echa ngerti, kok! jadi Ibu jangan kahwatir”  Setelah selamat dari Khotbah pagi itu akupun berangkat menggunakan motor yang sudah di berikan kedua orang tuaku sebagai hadiah masuk SMA, namanya Dullahan begitulah aku memanggilnya, alasannya? Nama Dullahan aku dapatkan dari salah satu film anime kesukaanku, dan karena aku sangat suka dengan motor ini ya sudah aku panggil dia Dullahan. Setelah mengelapnya beberapa menit, aku pun berangkat.
Selama perjalanan aku sempat memperhatikan jam tanganku yang menunjukkan 10 menit lagi akan menunjukkan jam 7 pagi, karena tidak mau telat di hari pertama masuk sekolah, akupun memutuskan mengendarain Dullahan dengan tehnik Salip nyelip. Jangan tanya tehnik salip nyelip itu apa, yang jelas aku punya beberapa cara dengan mengendarai motor dengan cepat apabila sedang tergesa-gesa dan seperti biasa caraku itu ampuh. Tepat jam 7 kurang satu detik aku sampai di sekolah baruku, ya, SMA Negeri 1 Selong. SMA yang merupakan SMA nomor 1 di Lombok Timur, SMA yang dikenal sebagai penghasil siswa siswi berprestasi dan berkualitas dari segi akademik maupun non akademik. SMA yang mampu mengukir nama LOTIM di segala bidang dan di segala tingkat dari tingkat RT sampai Nasional. SMA yang di lengkapi dengan fasilitas yang memadai dengan dukungan guru-guru yang sudah tidak perlu di pertanyakan pengalaman dan tingkat pendidikannya.
Sesampainya aku di sana langsung saja ku parkirkan motorku di tempat yang masih belum berpenghuni, dan bergegas menuju kelasku kelas X MS.1. Sepanjang perjalanan menuju kelas aku deg-degan tidak karuan karena akan bertemu teman-teman baruku, 5 meter jauhnya aku sudah bisa melihat pelang kelas yang di gantungkan di samping atas pintu bertuliskan X MS.1 Jantungku masih saja berdebar, malah makin keras, aku sudah bisa merasakan keringat dingin yang mulai mengalir  di keningku.
“ Assalamualaikum”  setelah aku mengucapkan salam yang menujukkan identitasku sebagai umat muslim selain jilbabku ini, semua yang ada disana menoleh dan menjawab salam, aku tidak berani memandang mereka dan akhirnya aku berjalan ke bangku yang berada paling depan, yah kebutuhan orang bermata empat sepertiku kursi paling depan yang sering di hindari murid lain sebagai kursi paling mengerikan di kelas karena berhadapan langsung dengan guru. Baru saja aku menaruh tasku disana seseorang menyapaku.
“ Eh Echa kita dikelas yang sama lagi ya”  Aku menoleh kesumber suara yang memanggilku, ku dapati seorang siswa berbadan tinggi di sampingku memasang wajah dengan sedikit senyum yang sangat familiar dimataku, bahkan aku sudah bosan melihat wajahnya. Namanya  I Putu Warasia Putra, begitulah aku mengenalnya semenjak kelas 7 SMP, aku dan Putra berada di SMP yang sama, otomatis aku sudah mengenalnya selama tiga tahun dan sekarang kami berada di kelas yang sama lagi.
Kuperhatikan sekelilingku, aku juga mendapati 3 orang temanku yang lainnya di SMP dulu yang sekrang di kelas yang sama denganku yaitu Riana Yusrina seorang siswi bermata empat sepertiku, Gugun Pramustoro siswa berbadan tinggi menjulang dengan kulit kehitam-hitaman, dan yang terakhir Sasha Bafadal seorang siswi keturunan arab, yang sebabnya aku sering memanggilnya unta Arab. Setelah aku perhatikan lagi kelasku ini di dominasi oleh anak-anak Alumni SMP 1Selong, tempat aku menjalani sekolah menengah pertamaku dulu, sebabnya banyak wajah yang familiar yang aku lihat.
“ Ternyata kamu ya Putra, jujur aja aku udah bosen ngeliat mukamu terus” ucapku bercanda.
“ Sama kali ca”
Diawali orbolan kecil dengan Putra itulah aku memulai masa SMAku. 6 bulan pertama di SMA banyak hal yang aku alami mulai dari hal biasa sampai yang tidak biasa. Aku banyak mendapat teman teman baru di kelasku dan bertemu dengan banyak guru-guru baru. Kelasku termasuk kelas yang unik, dikelasku kami memiliki sepasang onta arab, seorang ustad, segerombol gamers maniak, Gading yang setiap harinya ulang tahun, tukang tidur di jam kimia, pecinta matematika, Gugun Pramustoro yang entah magaimana berganti nama penggilan menjadi Jhon,kami punya Cem yang hanya dengan berdiri di depan kelas semua dibuatnya tertawa, entah aura lucu apa yang dia bawa tapi dia sudah seperti badut di kelas kami, dan seorang wali kelas kocak bernama Bu Ayuda.
 Bagaimana dengan aku sendiri? Yah selain masalah kelasku aku juga mendapat masalahku sendiri, aku jadi ketua kelas walaupun aku tidak mau, intinya terpaksa. Aku pernah memecahkan rekor mandi tercepat dirumah yaitu hanya 10 detik karena terlambat, aku dapat panggilan Buket( Bu Ketua Kelas) karena aku sering marah-marah dan terbilang galak, yah itulah salah satu sifat burukku, aku ini pemarah. Walaupun begitu tapi aku senang mempunyai teman-teman kelas yang mau menerima aku apa danya.
Itulah cerita singkat 6 bulan pertamaku di SMA, kini aku sudah memasuki semester keduaku. Ini malam minggu atau yang sering di sebut malming ala anak muda jaman sekarang tidak terkeculai aku, aku pandangi buku paket Bahasa Indonesia yang sejak satu jam tadi hanya membisu di depanku tanpa berkata apapun. Saat itulah muncul di benakku, “gimana ya rasanya pacaran?” tanpa sadar aku mengucapkan kata itu,kata-kata yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya, kata-kata yang menujukkan kalau aku mulai mengenal perasaan yang di sebut cinta. Lamunanku terbuyarkan oleh hpku yang berdering tanda sms masuk. Kulihat tertera nama Desta disana, salah satu sahabatku sejak SD dan sekarang  dia juga berselokah di SMA 1 Selong sama sepertiku.
Aku lalu membaca smsnya
Desta: “ Malming nih ngobrol yuk
Aku kemudian membalas smsnya
Echa:” Kebetulan nih aku lagi mau cerita, tentang pengalamanku 5 detik tadi”
Desta:” Pengalaman kok baru 5 detik tadi? Ya udah deh terserah mau cerita apa?”
Echa:” Aku mau cerita, kayaknya aku tertarik pacaran deh? Gimana menurut kamu Des? Tapi aku nggak pede nih sama bentuk badanku sendiri, aku kan gemuk, pendek nggak cantik, apa ada ya yang mau sama aku?” Setelah aku mengirim sms itu butuh beberapa hingga Desta membalasnya.
Desta:” Ca kamu kerasukan apa? Jin cinta? sampe nanya kayak gitu? Tumben banget!”
Echa:” IIIIIhhhh serius Des”
Desta:” Oke,oke sorry bercanda....Emang nggak ada salahnya kamu punya keinginan untuk pacaran, itu wajar dan semua orang pasti pernah menginginkannya. Hal tersebut merupakan bukti kalau kamu mulai menginjak usia remaja dan ciri lain yang menunjukkan seorang individu menginjak usia remaja adalah peningkatan hormon serta adanya ketertarikan dengan lawan jenis. Wajar saja faktor faktor itu membuat kamu ingin berpacaran dengan orang yang kamu “sukai”. Kalau kamu memang pingin pacaran aku pesan sama kamu, pastikan dulu itu “cinta” bukan “suka” dan ingatlah identitasmu sebagai umat muslim, bukannya dalam islam pacaran itu haram?!”
Aku tertohok membaca sms dari Desta. Ada dua hal yang langsung terfikir olehku, pertama, jika memang aku ingin pacaran untuk memenuhi nafsuku hanya karena hormonku yang membuatku tertarik dengan lawan jenis, itu adalah perlakuakn yang menjijikkan. Kedua, jika aku berpacaran sama saja aku melanggar larangan Allah. Aku kemudian mengucapkan istigfar dalam hati. Begitulan aku menghabiskan malam mingguku dengan mendapat secerah cahaya dari Allah yang dititipkan kepada Desta untuk disampaikan kepadaku.
Keesokan harinya seperti biasa aku dan keluargaku berkumpul di ruang keluarga, ditemani teh dan beberapa roti yang sudah di siapkan ibuku.
“ Ca, mamiq mau nanya, Echa kan sekarang sudah SMA jadi udah mikir mau lanjut kemana?” tanya Mamiqku memulai pembicaraan.
“ UGM, Kedokteran, Spesialis Saraf” Jawabku singkat dan tegas. Mamiqku hanya mengangguk-ngangguk mendengar jawabnku.
“ Kalau ibu sih nyaranin Echa ke IPDN saja, IPDN kan punya ikatan dinas, kalau masuk kesana, sekolah saja bakal digaji, dan lulusnya Echa udah bisa dapet kerja loh.....tinggal nambah tinggi sedikit sama turunin berat badan aja, kalau otakkan ecah sudah punya modalnya. Makanya ibu kemarin sudah mencariakan cara diet yang sehat untuk echa, kita mulai ngelakuinnya besok yah” Mulai lagi pembicaraan tentang fisikku, dan itu adalah hal yang selalu membuatku jengkel pada Ibuku sendiri, selalu memaksakan aku harus kurus.
“ Kalau masalah diet yang ibu bilang sih Echa nggak masalah, tapi kalau harus masuk IPDN dan cuma buat jadi camat atau sebagainya yang kerja di pemerintahan yang makin hari kancing bajunya pada lepas semua makan gaji buta, jadi PNS yang ngebolos di jam kerja buat shoping sana sini, yang cuma bisa minta uang dari negara. Bisanya cuma cari lapangan kerja tapi nggak mau buat lapangan kerja saja. Kalau ibu minta Echa jadi kacung negara maaf aja deh”
Badmood, itulah gambaran perasaanku pagi itu. Entah akupun tidak sadar dengan apa yang aku katakan, pagi itu yang jelas aku sudah menghina semua PNS di seluruh Indonesia termasuk Mamiqkku sendiri,dan untuk itu aku minta maaf walaupun apa yang aku katakan adalah sebagian fakta dari berita yang aku tonton. Tapi semenjak pagi itu pandanganku tentang cuek dengan tubuhku yang gemuk dan pendek mulai luntur, membuatku berfikir apa benar aku harus kurus? Berbagai bertanyaan melayang-layang di otakku, membuatku tidak bisa mengabaikan apa yang aku pernah abaikan. Seharian yang ada dipikiranku hanya hal itu, dan hal tersebut membuatku lebih sensitif jika ada orang yang menyinggung tentang postur badanku.
Keesokan harinya disekolah, aku berdiri di ambang pintu kelasku sambil memandangi langit pagi yang selalu indah dipandang dari lantai dua gedung sekolahku ini. Beberapa ada yang menyapaku dengan basa-basi. Salah seorang teman lamaku yang berbeda kelas menyapaku pagi itu.
“ Hai Ca, apa kabar? Naruto gimana masih langgeng sama dia?”
“ Alhamdulillah masih sehat-sehat aja kok, yah beberapa bulan ini aku nggak pernah ketemu sama dia kami jadi LDRan gara-gara dia pergi perang, tapi masih sakinah, mawadhah, warahmah sih. Doain aja biar bisa sampe pelaminan” jawabku. Pertanyaan konyol memang, tapi semua teman dekatku sudah mengenalku sebagai salah satu pecinta anime yang selalu mendambakan Naruto menjadi pacar sungguhanku walaupun itu mustahil. Kalau aku ingat-ingat lagi mungkin Narutolah cinta pertamaku.
Dari kejauhan aku lihat salah seorang teman kelasku, yang biasa dipanggil Deden melangkah mendekati kelas. Setelah dia sampai dikelas dan melewati aku di pintu dia berhenti sebentar dan berkata.
“ Ca badanmu besar amat sih, pintunya jadi penuh nih, kurusan dikit kek! Mangkanya tu daging jangan di pelihara aja dong” katanya sambil cengengesan, aku tau dia sebenarnya hanya bercanda tapi pagi itu moodku sedang jelek dan aku sangat tersinggung mendengarnya berkata begitu. Belum selesai aku menghilangkan kekesalanku karena diejek Deden, aku mendapat ejekan lagi dari Satria saat jam olah raga. Hari itu aku ada pelajaran olahraga dengan materi kebugaran jasmani dan kami diminta berlari keliling sekolah 3 kali oleh pak Wirawan. Karena belum sarapan pagi aku jadi agak kecapaian dan ngos-ngosan ketika berlari, saat sudah mengelilingi sekolah tiga kali, aku menghampiri teman-temanku yang lebih dulu datang dari pada aku dan saat itulah aku mendapat ejekan dari Satria.
“ Wih Echa udah nyampe aja tuh, kamu larinya sambil gelindingan kayak bola ya Ca?!” ucapnya, tanpa sadar dia mengejekku sebagai seorang yang gemuk. Cukup hari itu aku mendapatkan ejekan dari dua teman sekelasku sekaligus mengenai bentuk tubuhku yang gemuk ini, aku hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan mencoba melupakan apa yang mereka katakan. Belum selesai sampai disitu, keesokan harinya ada pemeriksaan berat badan dan tinggi badan untuk semua siswa di SMAku.
“ Baiq Ressa....” Namaku jelas paling pertama dipanggil karena aku absen paling atas. Setelah naik keatas timbangan aku melihat angka 64 kg, tanda segitulan berat badanku, dan 153 cm untuk tinggiku setelah diukur denagn meteran. Jujur entah kenapa aku merasa agak malu memiliki berat sebesar itu untuk seorang wanita, padahal sebelumnya aku tidak peduli dengan itu.
“ Wah nak kamu obesitas”
“ Kurban nanti kita bakan kenyang nih kalau eca yang di kurban”
“ Ca bagi dagingnya ke Lia tuh, biar kamu nggak kelebihan daging, itung itung sedekah”
Ocehan seperti itu terus berdatangan setelah mereka mengetahui berat badanku dan tinggi badanku yang sebenarnya. Itu belum seberapa, banyak dari mereka yang mencemoohku dan itu menjadi pukulan besar untukku, aku hanya bisa tersenyum pahit dan memendam rasa malu, kecewa dan sedihku dalam hati. Sepanjang penjalanan pulang kata-kata teman-temanku terus terngiang dalam hati dan pikiranku seperti ada seekor nyamuk yang terperangkap didalamnya.  Sampainya dirumah aku tidak mendapati siapapun disana, aku meliat secarik kertas bertuliskan “ Ca Ibu lagi keluar sebentar kunci ada di bawah keset”, setelah membuka pintu dan mengucapkan salam aku langsung masuk kekamar dan menutup pintu kamarku.
Aku pandangi pantulan diriku di cermin, 5 detik kemudian aku tersenyum. Setelah aku pikir-pikir kembali untuk apa aku memasukkan perkataan mereka dalam hati bukannkan lebih baik aku memafkan mereka saja yang sudah mengejekku. Aku pun memutuskan untuk tidak memperdulikan perkataan mereka anggap sajalah angin lalu. Kurebahkan diriku di kasur dan ku pandangi langit-langit, perlahan aku mulai merasa kantuk,makin lama makin kantuk hingga, cplak.....
“ KYAAAAA!!!!!!!!”
Seekor cicak jatuh tepat diatas kacamataku, spontan aku teriak sejadi-jadinya sambil berlarian tak karuan seperti orang kesurupan. Aku berlari ke segala ruang yang ada dirumahku, itupun masih sambil teriak-teriak, ketika sampai didapur..gubrak!. Aku terpeleset bekas air yang tergenang di sana, sekujur tubuhku sakit semua. Entah kenapa hari ini aku sial sekali setelah dijatuhi cicak sekarang jatuh terpeleset.
“ ARGHHHH KENAPA HARI INI AKU SIAL SEKALI SSIIIIIIIH” Teriakku.
Walaupun masih sedikit membekas tetapi aku sudah bisa melupakan masalahku kemarin tentang ejekan itu. Sampai sore di hari rabu yang cerah membuka luka itu dan menyayatnya makin dalam. Rabu sore itu kebetulan semua saudara dari keluarga ayahku tengah berkumpul bersama memakan rujak, makanan khas lombok. Aku juga bergabung bersama mereka disana. Salah seorang sepupuku yang baru kembali dari Mataram menyapaku.
“ Echa!!...ini dia adikku paling manis dan paling montok”
“ Kak Elsa kapan balik dari Mataram?”
“ Baru tadi siang, ayo sini this time to ngerujak bareng” aku pun ikut bergabung. Beberapa saat memang menyenangkan, kalau saja pertanyaan itu tak terucap.
“ Echa kok makin gede aja ya, beratnya berapa? Nggak butuh diet?” Seorang bibiku bertanya kepadaku, jujur aku mulai tidak nyaman disini. Aku hanya membalas pertanyaannya dengan senyuman kecil.
“ Nggak baik loh kalau gemuk terus kayak gitu, apalagi tinggi echa nggak sampe 160 deh kayaknya ya? Bisa obesitas nanti”
“ Yah Echakan sering males olahraga gimana mau punya badan ideal, kerjanyakan cuma makan, tidur doang” kepalaku seperti terhantam mendengan kata itu terucap dari mulut ibuku sendiri.
Lagi.....
“ Habisnya Echa males olahragakan, karena pantanya berat, jadinya susah berdirinya,jalan aja ngos-ngosan”
Lagi......
“ Echa nggak pingin punya pacar ganteng apa? Kalau pacar ganteng ceweknya harus cantik juga dong”
Lagi....lagi...dan lagi aku terus mendengar ejekan bertubi-tubi lagi, cemoohan yang tidak ada hentinya. Mengingatkanku pada apa yang terjadi disekolah  dua hari yang lalu, padahal aku sudah bisa mengabaikannya tapi kenapa aku harus mendengar kata-kata seperti ini lagi. Aku rasanya ingin sekali berteriak pada mereka untuk menutup mulut dan pergi dari  tempat ini secepatnya. Tapi entah kenapa seluruh badanku tidak bisa di gerakkan, mulutku rasanya dilakban. Berakhirlah aku disini mematung sambil menerima hujaman itu tanpa hentinya. Ya Allah maafkan aku sebelumnya, tapi mengapa aku merasakan ketidak adilanmu Ya Allah?
Malampun datang diiringi matahari yang perlahan bersembunyi di barat menampakkan mega kebesaran langit dengan sinar kuning kemerah merahannya. Semakin gelap langit, semakin suram juga hatiku dan perasaanku tak lupa dengan kejadian  tadi sore, yang membukan luka lama 2 hari yang lalu. Sehabis shalat magrib aku menonton TV dengan Mamiq, Ibu dan kedua adikku. Malam ini aku bersantai karena tidak ada tugas yang akan aku kumpulkan keesokan harinya. Walaupun mataku terjutu pada TV tapi pikiranku tertuju pada dua hari lalu di sekolah dan sore tadi. Masih mengiang, masing terasa, masih membekas, kata-kata dan perasaan yang bercampur aduk antara sedih, kecewa, marah, dan jengkel.
Namun lamunanku terbuyarkan ketika aku mendengar suara Mamiqkku memanggil.
“ Echa.....” Aku menolah kepada Mamiqku.
“ Tiang miq?” jawabku
“ Di sekolah ada pelajaran yang sulit? Atau ada yang butuh di leskan?” Seperti biasa Mamiqku selalu saja perhatian, cowok paling perhatian dalam hidupku ya Mamiq ku ini.
“ Nggak ada kok Miq, semuanya lancar-lancar aja. Masih bisa Echa atasi sendiri kok kalau ada kesulitan” jawabku tersenyum. Sekarang giliran ibuku bertanya.
“ Sekarang Echa di sekolah masuk eskul apa?”
“ Echa masih ikut klub kimia, juga klub badminton?” perasaanku tidak enak dengan arah percakapan ini.
“ Katanya pembina klub badmintonnya sudah pensiun, kenapa masih masuk di klub? Kenapa Echa nggak masuk klub basket aja, biar nambah tinggi. Yah hitung-hitung jadi persipan buat masuk IPDN kan kalau nggak di terima di Kedokteran nantinya. Mungkin kalau berat badan nggak terlalu masalah tapi tingginya harus ditambah dulu. Ibu bener-bener pingin ngeliat Echa masuk IPDN”
Amarahku rasanya sudah di ujung tenggorokan, bersiap untuk di kelurkan. Tapi mengingat ibuku yang berbicara dan karena tidak ingin menjadi anak yang berkata kasar pada orang tua, dengan segenap kesabaran yang masih tersisa aku menahannya.
“ Bu bisa nggak sih, nggak usah ngebahas tinggi dan kurus terus, Echa bosen dengernya” jawabku datar.
“ Loh kok Echa ngomong begitu sih, Ibukan cuma ingin Echa bisa mendapat masa depan yang menjanjikan dengan masuk IPDN, ibu hanya pingin Echa punya badan yang ideal aja kok”
“ Apa tubuh yang ideal itu menentukan masa depan seseorang bu? Apa dengan mempunyai tubuh idel seseorang bisa diterima di masyarakat?”
“ bu...ca..kenapa malah bertengkar begini?” jawab Mamiqku menyela. Akupun baru sadar kalau aku telah melawan ibuku, tapi aku sudah tidak tahan lagi aku ingin ibuku tau apa yang aku rasakan sebenarnya.
“Bu, Echa tau ibu ingin yang terbaik untuk Echa, dan semua yang ibu lakukan dari dulu sampai sekarang, bahkan mungkin sampai dimasa yang akan datang semuanya demi kebaikan Echa. Tapi apa salahnya sih Echa punya badan yang gemuk dan pendek seperti ini, sehingga ibu terus aja ingin melihat Echa jadi kurus dan tinggi? Ibu tau? Dimanapun echa berada rasanya Echa tidak pernah di terima seperti Echa apa adanya. Semuanya selalu bertanya kapan kurus? Kokmasih gemuk aja? Nggak pingin nambah tinggi? Selalu dan selalu itu terus. Rasanya menjadi bertubuh gemuk dan pendek adalah hal paling salah di dunia ini, rasanya orang bertubuh gemuk dan pendek layaknya Echa ini dilahirkan hanya untuk menjadi kurus, kami seperti tidak memiliki tempat dimanapun kami menginjakkan kaki..” kalimatku terhenti karena air mataku sudah tidak tertahan lagi. Sambil mengusap mataku yang basah aku lanjutkan perkataanku yang sudah tak tertahankan lagi.
“ Bu, apa ibu ingat Echa pernah berusaha untuk menurunkan berat badan Echa dengan segala bentuk dan macam olah raga, bahkan Echa pernah hampir keracunan karena meminum dua obat diet yang berbeda. Tapi hasilnya? Tidak ada perubahan bu. Karena inilah kelebihan yang Allah anugerahkan kepada Echa.Kalau memang ibu ingin echa memiliki badan ideal demi terjaminnya masa depan Echa masuk IPDN,itu bukan masa depan yang Echa inginkan bu. Lebih baik Echa berbadan gemuk dan pendek sepertti ini selamanya tapi Echa bahagia dengan apa yang echa cita-citakan nanti” dadaku naik turun seirama dengan nafasku yang panjang pendek karena berbicara diiringi isak tangis.
“ Ya sudah terserah apa mau Echa, anggap saja terus Echa yang paling mengerti tapi ibu tidak, anggap saja ibu paling bodoh disini” setelah berkata begitu Ibuku masuk kedalam kamarnya. Begitupun dengan aku, malam itu aku habiskan dengan menangis sepuas-puasnya.Aku tidak tahan lagi, semua masalah yang hanya tentang badanku yang gemuk dan pendek ini, aku sudah tidak tahan lagi. Ya Allah mengapa kau menciptakanku seperti ini, mengapa kau mencipkatanku hanya untuk dihina karena kekuranganku. Mengapa?
Tanpa aku sadarpun aku telah menyalahkan tuhanku satu-satunya yaitu Allah. Kacau dan berantakan itulah kondisi fisik serta mentalku saat ini. Tidak ada lain yang bisa aku lakukan hanya menangis.
Setelah malam itu 2 hari lamanya aku tidak saling tegur sapa dengan ibuku walau kami berada di atas atap yang sama. Masalah dirumah tidak aku bawa kesekolah aku hanya memendamnya dalam hati dan selalu berusaha tersenyum di sekolah untuk menyamarkan perasaanku yang sebenarnya, karena aku paling tidak suka dikhawatirkan orang lain. Tapi ada satu orang yang tidak bisa aku bohongi yaitu Desta.
“ Udalah cerita aja, aku bakalan dengerin...siapa tau aku bisa bantu?” tanpa bisa menolak akupun menceritakan semuanya pada Desta, dan seperti biasa dia pendengar yang baik.
“ Kamu tau, ca. Terkadang aku iri sama kamu,kamu punya kelebihan yang aku tidak punya. Kamu itu pedenya membelah tebing, suaranya kayak speaker masjid, kamu berani, kamu baik,kamu perhatian walaupun perhatiannya dengan cara yang sedikit berdeba yaitu galak. Aku juga salut sama kamu karena kamu selalu bersyukur dengan apa yang kamu punya , aku salut sama kamu karena kamu beda dari perempuan yang lain yang hanya mementingkan penampilan dengan menginginkan tubuh yang idel, kamu selalu terima dengan tubuh gemuk dan pendek yang Allah berikan sama kamu”
“ Yang diawal tadi kamu muji aku atau ngejek sih?”
“ Dua-duanya hehe.....tapi aku serius, dengan kekurangan yang orang lihat dari kamu saat ini kamu akan mendapatkan sebuah anugerah di kemudian hari, terutama dalam bidang asmara”
“Kenapa kamu bilang begitu? Alasannya?”
“ Aku yakin di kemudian hari nanti kamu akan mendapatkan seorang laki-laki yang akan mencintaimu apa adanya, yang mencintai kamu karena hatimu bukan fisikmu. Seorang lelaki yang bisa melihat keindahan seorang wanita dari hati dan agamanya, bukan keindahan seorang wanita dari fisik dan perkataannya”
Aku selalu kagum dengan sahabatku yang satu ini, dia sungguh orang yang bijak. Dia seperti motivator berpengalaman, setiap mendengar dia berbicara aku selalu seperti mendapatkan hidayah.
“ Kamu memang cocok banget deh kalau jadi motivator Des” kataku sambil menyenggol bahunya, sedangkan dia hanya tersenyum kecil.
“ Tapi laki-laki yang kamu maksud contohnya siapa?”
“ Aku”
***
Begitulah akhirnya aku menyelesaikan masalahku atas bantuan Allah dan Desta. Kini aku dan Ibuku sudah berbaikan lagi, ibuku juga berjanji tidak akan memaksakan kehendaknya lagi padaku asalkan aku serius mengejar cita-citaku ia akan mendukungku.
Dari pengalaman itu aku tersadar akan sesuatu, kalau manusia diciptakan berbeda-beda dan perbedaan itu ada agar manusia bisa saling melengkapi. Tidak akan ada cantik jika tidak ada jelek, tidak akana ada tampan jika tidak ada buruk rupa, tidak akan ada pintar jika tidak ada bodoh, tidak akan ada kurus jika tidak ada gemuk, tidak ada tinggi jika tidak ada pendek.
Jadi terimalah kekurangan kalian karena itu anugerah, jadi terimalah hidup kalian karena manusia diciptakan untuk saling mengormati, saling menghargai dan saling mengerti.
Aku cewek bernama Echa dengan berat 64kg dan tinggi 153 cm. Aku gemuk, aku pendek. Tapi......INILAH AKU.







1 komentar:

  1. Aku juga sering di hina badanku kecil tinggiku 156 ,jadi kelihatan masih anak2,pdhal umurku 18 tahun ,ssakit hati kalo di hina terus

    BalasHapus