Jumat, 07 Februari 2014

AL-QUR'AN dan GPS


Al-Quran dan GPS.

GPS yang merupakan singkatan dari Global Positioning System  belakangan ini makin saja digemari dan dicari  orang. Paling tidak  itulah yang terjadi di Eropa dan Amerika. Di Negara-negara maju kedua benua tersebut GPS hampir wajib dimiliki semua orang dari berbagai kalangan. Dari kendaran pribadi hingga taxipun memilikinya. Di Indonesia, Jakarta khususnya, sebagai barometer ibu kota negara, memang belum begitu popular, ntah mengapa.

GPS adalah alat canggih pemandu jalan dengan bantuan navigasi satelite. Dengan alat bantu ini kita dapat menemukan alamat seseorang dengan mudah. Kita tinggal memasukkan alamat tujuan, kemudian sang peralatan canggih tadi dalam hitungan detik akan menunjukkan lokasi yang kita tuju. Kemudian secara otomatis, GPS  akan memperlihatkan jalan mana yang harus ditempuh agar sampai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian kita tidak perlu lagi khawatir tersesat.

Malah bila kita mau membayar lebih, kita bisa mendapatkan aplikasi yang lebih canggih. Yaitu yang bisa menunjukkan jalan-jalan mana yang bebas hambatan, seperti macet, banjir dsbnya. Dapat dipastikan, ditanggung  laku keras bila dijual di Jakarta yang hari-hari ini sedang sering dilanda musibah banjir.

Bicara soal kemacetan di ibukota, jangankan di musim hujan yang rawan banjir, di musim kemaraupun Jakarta tidak pernah tidak macet. Orang bilang bukan Jakarta kalau tidak macet. Bahkan di hari Lebaran, yang di tahun-tahun lalu jalanan agak sepi, tidak lagi demikian belakangan ini.

Kemacetan di Jakarta nampaknya sudah mencapai titik sangat mengkhawatirkan. Seorang pemerhati sosial di Jakarta, beberapa tahun lalu pernah menyatakan bila masalah kemacetan di ibukota tidak segera dibenahi,  pada tahun 2014, yaitu tahun ini, Jakarta akan stuck, alias macet total. Menurutnya, semua kendaraan akan mengalami kemacetan begitu keluar dari garasi rumah masing-masing.

Ia memperkirakan bila pada tahun pada 2008 kendaraan masih bisa melaju rata-rata di atas 20 kilometer per jam, maka pada tahun 2012 akan menurun menjadi 16 kilometer per jam. Dan akhirnya pada 2014 akan berhenti sama sekali.

Sebenarnya pemprov DKI bukannya tidak pernah berusaha menangani masalah ini. Berbagai kebijaksanaan pernah dicoba diberlakukan, mulai penerapan kebijakan pajak progresif yang dikenakan bagi pemilik kendaraan lebih dari satu, pembatasan kendaraan melalui sistem warna, sistim buka tutup jalur kendaraan dan 3 in 1 di beberapa ruas jalan rawan macet,  hingga pengadaan jalur busway. Namun hingga detik ini Jakarta tetap saja macetcetcet.

Hingga seorang uztad yang suatu ketika datang terlambat untuk memberikan tausiyah secara berkelakar mengatakan « Tahukah ibu-ibu, siapa sebenarnya biang keladi kemacetan di ibu kota ini ? », « Mobil di depan kita ! », jawabnya disambut senyum ibu-ibu yang seperti biasa mendominasi kehadiran tausiyah, tanpa menanti jawaban. Menandakan bahwa biang kemacetan di Jakarta tak salah lagi adalah banyaknya  kendaraan yang terus bertambah tidak seimbang dengan jalan yang tersedia.

Macet memang benar-benar menyebalkan. Selain membuang waktu, tenaga dan bahan bakar juga membuat polusi udara Jakarta yang sudah sumpek menjadi semakin sumpek saja. Ironisnya, macet sering kali hanya gara-gara angkot yang ‘ngetem’seenaknya sendiri menutup jalanan.  Membuat ingin rasanya bisa terbang ke atas, dan melihat ke bawah, apa sebenarnya yang menjadi penyebab macet.

Kalau sudah begini, GPS versi yang bisa merekam kemacetan tadi pastinya bisa menjadi solusi terbaik. Walaupun kalau penyebab kemacetan baru saja terjadi, ketika kendaraan kita sudah di depan mata, GPS pun tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali berputar arah, dan GPS kita setting ulang.

Nah, seperti itulah pada dasarnya kita suci kita, Al-Quranul Karim. Kitab ini adalah petunjuk kita dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Ia adalah cahaya dalam kegelapan, yang dengannya hidup tidak akan tersesat.

“(Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”.(QS. Ali Imran(3):138).

“ Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,”(QS. Al-Baqarah(2):2).

Namun dari kedua ayat diatas saja, jelas bahwa ayat-ayat Al-Quran adalah petunjuk hanya bagi orang yang takwa. Artinya bagi orang yang tidak meyakini bahwa dunia hanya kehidupan sementara, dan bahwa Allah bukanlah satu-satunya pencipta, ayat-ayat suci tersebut tidak memberi manfaat apa-apa, apalagi petunjuk.

Persis seperti orang yang tidak percaya dengan kemampuan GPS. Karena betapapun canggihnya alat pemandu jalan ini bila kita tidak mempercayainya tentu sama aja bo’ong, begitu istilah anak  muda sekarang. Artinya, sama sekali tidak bermanfaat.

Mengapa orang bisa tidak percaya pada GPS? Banyak penyebabnya. Diantaranya mungkin tidak mengenal GPS, tidak tahu cara penggunaannya, GPS sering error, atau memang tidak ingin percaya saja !.

Bagaimana dengan Al-Quran? Mengapa orang bisa tidak percaya dengannya? Bisa jadi  sama dengan keempat alasan diatas. Yaitu tidak kenal Al-Quran, tidak tahu apa dan bagaimana Al-Quran itu, akibatnya Al-Quran dianggap sering error dan terakhir, memang tidak ingin percaya kepada Al-Quran.

Bagi kita, umat Islam di Indonesia, alasan pertama, yaitu tidak kenal dalam arti tidak pernah mendengar apa itu Al-Quran mungkin agak aneh, yang ada mungkin tidak tahu persis apa dan bagaimana Al-Quran itu. Dan akibatnya bisa fatal, yaitu ayat-ayat Al-Quran bisa dianggap menyalahi janji, karena tidak sesuai harapan.

Memahami Al-Quran tentu saja tidak semudah memahami GPS. Al-Quran adalah firman Sang Khalik yang diturunkan kepada Rasulullah saw melalui malaikat Jibril as. Untuk mempelajarinya tentu saja tidak mudah. Diperlukan tidak saja waktu dan tenaga untuk berpikir dan mengkajinya, namun terlebih keimanan dan keyakinan yang tinggi.Yang sayangnya, hanya dengan izin-Nya saja ini bisa terjadi.

“ … … Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Maidah(5):51).

“… … Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.  ”. (QS. Al-Maidah(5):67).

“ … … Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (QS. Al-Maidah(5):108).

Sebaliknya bagi orang yang memang tidak ingin mempercayainya tentu lebih jelas lagi. Kelihatannya ini berlaku dalam segala hal. Saya benar-benar merasakan hal ini. Ada suatu waktu dimana saya sangat membenci GPS. Saya benar-benar tidak ingin mempercayainya, tanpa alasan yang jelas. Mungkin juga, karena dengan adanya GPS, hobby dan kemampuan saya melihat peta jadi terabaikan. Akibatnya, apapun petunjuk  GPS selalu salah, padahal menurut suami saya benar ! Aneh bukan … Mungkin inilah yang dinamakan seudzon, atau buruk sangka  …

Allah berfirman dalam hadits Qudsi, yang artinya : “Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku. Kalau ia berprasangka baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Bila ia berprasangka buruk, maka keburukan akan menimpanya”.

Jadi bila kita memang berniat ingin menggunakan Al-Quran sebagaimana GPS memandu kendaraan kita, maka yakinilah bahwa ia pasti benar.

“ Kami tidak menurunkan Al Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy. Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah”.(QS.Thaahaa(20):2-6).

Yang tak kalah menarik, setiap GPS pasti memiliki kemampuan zoom-in dan zoom-out. Zoom-in berguna untuk melihat jalan di depan kita sepanjang beberapa puluh meter ke depan, sedangkan zoom-out berfungsi untuk melihat posisi kendaraan kita terhadap lokasi tujuan. Keduanya tentu saja sangat dibutuhkan dan sangat membantu kita dalam menjalankan kendaraan supaya tidak tersesat.

Demikian pula Al-Quranul Karim. Di dalam kitab ini kedua fungsi tersebut sudah tercakup. Perumpamaan zoom-in adalah seperti kehidupan di siang hari, dimana pandangan kita hanya terbatas pada kehidupan duniawi. Sedangkan zoom-out ibaratnya malam hari, dimana langit nan luas dengan taburan milyaran bintangnya dapat kita awasi. Hal yang mustahil bisa kita lihat di siang hari.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS.; Ali Imran(3):190-191).

Wallahu’alam bish shawwab.

0 komentar:

Posting Komentar